Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Konfusianisme sebagai Agama

29 Desember 2019   23:18 Diperbarui: 29 Desember 2019   23:19 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.britannica.com/topic/Confucianism

Menurut kepercayaan orang Tionghoa, gerak alam menciptakan empat musim; han wang ze shu lai (musim dingin pergi, musim panas datang), shu wang ze han lai (musim panas pergi, musim dingin datang). Selain itu ada unsur lain yang menjadi hukum batin orang Tionghoa, yakni pengalaman bahwa tian (langit) tidak bicara namun semua  bergerak teratur: tian heyanzai (bicaralah langit)? si shi xing yan (segala sesuatu sedang tercipta), tian heyanzai (bicaralah langit)?", walaupun tanpa bahasa dan tanpa suara, tian (langit) sedang mengatur dan mencipta segala.

Lee Dian Rainey dalam bukunya Confusius and Confucionism, menyebut bahwa bahkan masyarakat Tionghoa pada masa itu mulai berbicara tentang surga. Dalam teks-teks kuno Dinasti Zhou, ditemukan dua konsep tentang surga, yakni surga sebagai yang Transenden (dalam wujud pribadi) sekaligus surga sebagai semesta.

Kendati terdapat dua konsep tentang surga, namun yang menarik adalah surga itu dekat dengan manusia: "surga mendengar dan melihat, sebagaimana manusia mendengar dan melihat; surga menunjukkan tindakan dan larangan-larangannya, sebagaimana manusia menunjukkan tindakan dan menggenggam sumpahnya, ini adalah hubungan antara dunia atas dan dunia bawah."

Maka sebetunya tesis gerak alam lebih dapat dipakai sebagai gagasan yang merujuk pada konsep mengenai daya supranatural dan semesta dalam pandangan Konfusius, karena dalam masanya ia kemudian memakai falsafah tani ini untuk mengajari para muridnya belajar dari gerak alam.

 2.2 Kisah Naratif Suci

Terdapat sedikit persoalan kala kita berusaha memahami kehidupan Konfusius yang hidup pada beratus abad lalu. Kendati kita memiliki beberapa rujukkan teks yang cukup terpercaya, namun pertanyaannya adalah siapa yang menulis? Alasan apa dia menulis termasuk ketepatan data yang terpaut di dalamnya?

Setelah kematian Konfusius pada 479 SM, murid-muridnya dan murid setelah mereka, meregenerasi sebuah teks (termasuk mengelaborasi) yang diklaim sebagai buah-buah pemikiran Konfusius. Salah satunya adalah Analects (Lun Yu), sebuah kumpulan pernyataan-pernyataan Konfusius. Buku ini pun dikatakan sebagai tulisannya bersama murid-muridnya. Selama beribu tahun, buku ini dikatakan sebagai sumber utama karena mengarah pada pemikiran langsung Konfusius.

Persoalannya adalah buku tersebut tidak memuat secara lengkap riwayat hidup dari Konfusius. Selain Analects, terdapat pula tulisan-tulisan lain yang memberi informasi tentang Konfusius, kendati kurang bertautan. Misalnya Kongzi Jia Yu, sebuah rekaman percakapan Konfusius dan murid-muridnya, three character Classic buku utama bagi para laki-laki, serta Classic for girls. Ada pula teks-teks lain dari Dinasti Han (206 SM-220M), yang memberikan informasi tentang hidup dan ajaran Konfusius.

2.3 Etika

Ajaran Konfusius yang pertama, mengajarkan tentang apa fondasi pribadi yang baik. Penekanan pada aspek kebaikan pribadi dimaksudkan untuk menunjukkan what we as individuals have to do, then how we must change society. Maka pada tahap yang pertama menyangkut disposisi pribadi (inner dispotition): berbakti (filial piety), ketaatan (dutifulness), kejujuran (honesty), ketulusan (sicerity), kebenaran (rightness), kebijaksanaan (wisdom), dan keberanian (courage).

Pada bagian ini, saya akan menjelaskan mengenai ajaran Konfusius mengenai filial piety (sikap bakti). Menjelaskan tentang filial piety Dian Rainway mengilustrasikan sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun