Mohon tunggu...
Simon Constantine Manalu
Simon Constantine Manalu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Tulisan ini bisa disempurnakan atau di edit sewaktu-waktu. siapapun yang belum pernah menulis, tapi punya pendidikan tinggi silahkan menulis dikompasiana, bagi ilmu anda ke masyarakat. dan siapapun yang tidak punya pendidikan yang tinggi tapi punya niat dan hobi menulis, salurkanlah dikompasiana. serta siapapun yang kerjanya hanya bisa berkomentar ria untuk membully tanpa pernah menulis, belajarlah untuk menulis dan jangan hanya berkomentar ria untuk membully. Catatan: 1. Menulis itu tidak gampang..., apalagi menulis dikompasiana...!!! buktikan saja dulu...!!! 2. Buang Titel S2 dan S3 MU jika kau tak mau membagi ilmumu untuk masyarakat dalam bentuk tulisan dikoran cetak dan online...!!! 3. Titel S2 dan S3 bukan untuk gaya-gayaan bro sista. 4. Bagi Pemilik Titel S2 dan S3 tanya dosenmu: "apakah yang bergelar S2 dan S3 wajib membagi ilmunya ke masyarakat dalam bentuk tulisan meski sudah dapat gelar?." 5. STOP BULLY

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebijakan Impor Beras Khusus, Definsi Swasembada dan Secuil Sejarah Swasembada di Indonesia, Dan Nawacita Yang Gagal

20 Januari 2018   00:58 Diperbarui: 20 Agustus 2018   15:11 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, perihal impor beras melalui PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia Persero (PT.PPI), Andreas (2018) menyatakan bahwa impor  beras melalui PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia Persero (PT.PPI) telah menyalahi aturan dikarenakan sesuai inpres kegiatan impor seharusnya dilakukan oleh Bulog.

Dilain pihak, Martawardaya (2018) mengatakan bahwa kementerian pertanian harus memperbaiki data riil produksi beras domestik sebagai bahan rujukan mengeluarkan kebijakan terkait persediaan beras.

Efek dari ketidakakuratan data riil produksi beras domestik dari kementerian pertanian membuka peluang bagi menteri perdagangan untuk membuka keran impor beras khusus.

Oleh karena adanya kebijakan impor beras khusus ini maka publik jadi bertanya-tanya kepada pemerintah khususnya kepada kemendag, sebagai berikut:

  • Apa penyebab utama terjadinya impor beras khusus?
  • Apakah efektif dan efisien dilakukannya kebijakan impor beras khusus ,dikala surplus beras dan panen raya padi menjelang?
  • Apakah dengan mengimpor beras khusus dapat mengendalikan harga beras medium?
  • Apakah kebijakan impor beras khusus sebesar 500.000 ton dari Vietnam dan Thailand sudah sesuai dengan nawacita Jokowi-Jk yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, dengan menitikberatkan pada upaya mewujudkan kedaulatan pangan dan mensejahterakan petani?
  • Apakah kebijakan impor beras khusus oleh kemendag melalui PT.PPI sudah sesuai dengan nawacita Jokowi-Jk yaitu membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya?
  • Apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintahan Jokowi JK dalam pembenahan sistem perberasan nasional?

Definisi Swasembada Dan Secuil Sejarah Swasembada Beras Di Indonesia

Swasembada ialah usaha mencukupi kebutuhan sendiri (beras dan sebagainya). Strategi yang diterapkan dalam swasembada ialah bagaimana cara memacu produksi pangan domestik sehingga seluruh kebutuhan pangan nasional dapat dipenuhi dari produksi pangan domestik tanpa impor.Adapun strategi yang dimaksud untuk diterapkan dalam swasembada ialah politik subtitusi impor pangan.

Tahun 1984 ialah tahun puncak bagi Indonesia dalam swasembada beras, namun setelah tahun 1984, dukungan pembangunan perberasan nasional semakin berkurang. Pembangunan nasional setelah tahun 1984 diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan industri. Sebagai akibatnya produksi padi tidak pernah dapat memenuhi kebutuhan nasional dan menyebabkan Indonesia kembali menjadi importir beras.

Swasembada Dalam Nawacita Jokowi Belum Tercapai

Presiden Jokowi  mencantumkan kedaulatan pangan sebagai salah satu program prioritas dalam nawacita. Tahun 2014, saat baru menjabat sebagai presiden, Jokowi menargetkan swasembada sejumlah pangan strategis seperti padi, jagung, kedelai, gula, dan daging dapat terlaksana dalam tiga tahun.

Program Jokowi ini berbeda dari program ketahanan pangan di era soeharto. Dalam konsep ketahanan pangan, seluruh kebutuhan pangan rakyat  Indonesia harus terpenuhi. Target Jokowi jauh lebih dari itu. Kedaulatan pangan berarti memenuhi kebutuhan pangan dari produksi domestik. Dengan kata lain tidak ada lagi impor beras, jagung, gula, kedelai, atau bahkan daging.

Akan tetapi impian Jokowi untuk menargetkan swasembada pada sejumlah pangan strategis sebagai wujud kedaulatan pangan sesuai salah satu program nawacitanya  harus kandas ditengah jalan dikarenakan selama Jokowi memimpin telah terjadi sejumlah impor pangan, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun