Â
Sebetulnya, hari kasih sayang sudah menjadi hak dan kewajiban bagi kita semua untuk melaksanakannya (menerapkannya/melakukannya/mempraktekannya) dalam tatanan kehidupan sehari-hari kita kepada siapa saja tanpa memilah dan memilih.
Kecenderungan saat ini, kasih sayang itu hanya identik dengan wanita atau pasangan kita semata. Lalu, bagaimana kasih sayang kita kepada  "mereka"?. siapa mereka itu?.
"Mereka" yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah orangtua kita, saudara/i kita dan sesama kita. Tidak hanya itu, "mereka" satwa, tumbuhan dan lingkungan juga memerlukan cinta dan kasih sayang yang sejatinya tak lekang oleh waktu. Tidak bisa disangkal, cinta dan kasih sayang kepada sesama, kepada lingkungan (alam semesta), kepada satwa kini serasa sudah semakin memudar. Tengoklah cinta yang bertepuk sebelah tangan terhadap lingkungan sehingga alam lingkungan berurai air mata tertumpah yang tak jarang menjadi banjir bandang yang menerjang sesuka hatinya. Satwa yang disiksa dan meregang nyawa.
Sayang terhadap sesama yang mulai semakin luntur yang tidak sedikit menimbulkan riak dan merusak kebhinekaan.
"Mereka" yang terpinggirkan, yang terlantar dan papa. Mereka yang berjuang meraih kasih yang belum menemukan tambatan hati.
Mereka yang luluh layu tak mekar berkembang karena tak disayang dan dibuang karena tak diinginkan mereka terlahir.
"Mereka" yang tidak mendapatkan kasih dan sayang ketika hak mereka dirampas, karena dokma.
Masih adakah cinta dan kasih sayang yang semakin bersemi dengan ketulusan dan apa adanya?. Cinta dan kasih sayang tanpa pamrih dan tidak membedakan?.
Hari kasih sayang yang kita rayakan hari ini, setidaknya kita diajak untuk merefleksikan bahwa cinta, kasih sayang itu harus universal, luas tanpa batas dan berharap kita semua menerapkannya dengan tindakan dan perbuatan nyata tentang kasih, cinta kita kepada semua tanpa terkecuali.