Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

HPSN Bukan Pedagang Musiman, Tetapi Sebuah Keniscayaan

23 Februari 2019   16:14 Diperbarui: 23 Februari 2019   16:38 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(HPSN Itu Bukan Pedagang Musiman, Tetapi Sebuah Keniscayaan/dokpri)

Serangan sampah itu sungguhnya tak terkira sepanjang masa. Hanya mengotori tak mau membersihkan.

Utamanya menyadarkan budaya bersih, yang diperkirakan sampah-sampah ini apabila dikumpulkan mencapai 1 ton lebih.  

Butuh pengorbanan luar biasa membudayakan tidak membuang sampah sembarangan, khususnya ditepian jalan poros. Keberadaan sampah di jalan-jalan tesebut bukannya tanpa sebab, diantaranya jumlah armada kurang memadai ditambah rusaknya mesin armada; Jadwal pengangkutan sampah molor; Kesadaran masyarakat.

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) sendiri bukan seperti pedagang musiman, tetapi lebih mengarah kepada keniscayaan yang peduli akan kebersihan lingkungan.

Apapun kampanyenya, seminarnya bentuk lokakaryanya,  apabila masyarakatnya masih kotor, kebersihan hanya hayalan belaka.

Nampaknya, HPSN hanya angin lalu, ibarat panasnya tim pemenangan Paslon Capres dan Cawapres, setelah diketahui pemenangnya, perdebatan itu lenyap dalam sekejab.

Rintangan membawa perubahan yang lebih baik selalu ada dari pihak -pihak yang mengotori tetapi tidak mau membersihkan.

Indonesia sendiri produsen sampah plastik laut nomor 2 terbesar setelah Tiongkok, dengan produksi 1 juta ton per tahun. Jumlah ini setara dengan 1 truk sampah plastik ditumpahkan setiap 10 menit ke laut.

Yang harus dibuktikan untuk planet bumi ini, dengan memberi contoh tidak membuang sampah sembarangan, terutama di jalan raya. Bagi pengguna kendaraan pribadi jangan buang sampahnya di jalan, sebab jalanan bukan tempat sampah.

Anggapan orang sampah itu menjijikkan, bagi pegiata lingkungan, pemulung, kreator seni, ilmuwan sampah itu bernilai ekonomis.

Dibenakku terngiang, nama Asda asal Malino. Ternyata dijaman serba sulit sekarang ini, masih ada anak muda yang mau bekerja sebagai petugas kebersihan sampah secara sukarela. Sementara di Kota selalu dihadapkan pada pemandangan tak sedap. Bahkan faktanya, usai membayar retribusi, sampah tetaplah melimpah. Hal ini membuat warga kesal memicu bertindak diluar nalar sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun