[caption caption="si bontot dapat nilai 100"][/caption]Usia 7 tahun perlambang keberuntungan bagi kompasiana, berbagai macam agama dan budaya bahkan di sekitar kita. Dalam masa pubertas dahulu saya sering menyimbolkan berdua satu tujuan dengan angka (ber 217 an), mantan anak “gaul” usia 7 tahun adalah usia labil akan tetapi paling menggiurkan.
Dikatakan demikian, karena 7 itu angka mitos yang disakralkan, dalam falsafah bahasa jawa angka 7 itu adalah “pitu” akrab disebut sebagai “pitulungan” mengandung sebuah arti “pertolongan.” Tradisi kejawen kehamilan usia 7 bulan, biasanya akan diadakan ritual yang disebut “tingkepan” bahkan ada prosesi turun tanah bagi bayi berusia 7 bulan. Wow!!! begitu dahsyat filosofi angka 7. Semoga kompasiana mampu mengemban amanah masyarakat dunia virtual secara bijak tanpa memihak dalam memasuki usianya yang ke 7 tahun. Amin
Cerita ini betulan bukan fiktif atau rekayasa, pada jum’at sore 23 Oktober sepulang kerja, waktu usai sholat maghrib, anak perempuan saya yang paling bontot, berusia 7 tahun bertepatan usia kompasiana ke- 7, secara spontan berkata “bapak, dapat nilai 100” dengan bangganya putri bontot itu memperlihatkan hasil pelajarannya di sekolah. Teriakan tersebut sempat membuat orang tua seperti saya shok, “ada apaan, di sekolah” ternyata, hanya ingin memperlihatkan perolehan nilai 100. Di rumah sebutannya troublemaker, ya? Karena paling berisik dan cerewet, lari sana lari sini, menggemaskan, lincah banget diantara ke tiga kakaknya, ketika si kecil sekolah atau main di rumah tetangga depan rumah yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri, ada sesuatu yang hilang, sunyi, kosong, pokoke ngangeni.
Kira-kira seperti itulah kompasiana menapaki jejak usia 7 tahun, kompasiana tergolong media warga secara online “terberisik” di indonesia. Namun paling banyak komunitasnya yang disebut kompasianer’s, tentu membanggakan dengan hadirnya KOMPASIANA.COM. Mengapa dikatakan demikian?? Dari sepengetahuan saya kompasiana merupakan embrio dari media KOMPAS yang merambah dunia maya. Hari jadi Kompasiana ke-7 merupakan momentum mengharukan untuk mengingat perjalanan panjang Kompasiana dari awal di rintis, bertahan sampai saat ini. kompasianer “amatiran” seperti saya, ini merupakan pencapaian luar biasa bagi suatu produk media online.
Berbagai kepercayaan menyebutkan angka 7 sangat bermanfaat bagi orang banyak, di tengah hujatan, cibiran, makian, sindiran baik itu eksternal atau internal kompasiana tetap menjadi garda terdepan mewadahinya tanpa pilih kasih, selama itu tidak menyinggung SARA, tanpa unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) kompasiana dengan setia menjembataninya. Barokalloh....
Islam merupakan agama mayoritas warga negara indonesia, tentu sudah hafal mati dibalik keistimewaan angka 7, diawali jumlah ayat Q.S. Al Fatehah berjumlah 7 ayat, dua kalimat syahad ada 7 kata (Laa Ilaaha Ilaa Allah, Muhammad Rosul Allah), dalam keseharian nama-nama hari ada 7 (senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu, minggu). 7 merupakan simbol kesucian, jika kulit kita terkena jilatan binatang yang diharamkan seperti anjing, tergolong najis berat perlu dilakukan pensucian dengan mencuci 7 kali salah satunya menggunakan debu.
Tuhan menciptakan bumi dan langit masing-masing terdiri dari 7 lapis, thowaf mengelilingi ka’bah di lakukan 7 kali, lempar jumroh (melempari syaiton) dengan 7 kerikil. Tak hanya itu, jembatan sidrotul muntaha kelak kita lalui setelah meninggalkan dunia fatamorgana, antara syurga dan neraka tercipta dari helai rambut terbagi 7. Wallahu a’lam bish showaf.
Pengalaman pahit mengirim artikel ke koran kompas yang berkali-kali tertolak, sempat menghantui karena masih jauh dari standar kompas, hingga sempat down malas melanjutkan aktifitas tulis menulis. Hingga suatu masa menemukan kompasiana versi lama, maka terlecutlah menulis meski pada awalnya pesimis, aktifitas menulis tetap saya lanjutkan, siapa tahu di publish, jika kehendak berkata lain yo rapopo pantas di buang ke “keranjang sampah” saja. Setelah melakukan registrasi kompasiana, terdaftarlah sebagai kompasianer. Sebagai kelinci percobaan adalah kumpulan puisi-puisi masa sekolah SMP tahun 1989, hasilnya publish juga puisi tersebut. Meski tidak mendapatkan honor seperti koran kompas atau media sejenisnya. Mempunyai rasa bangga dong!! artikel kaliber “sampah” dimuat secara on line sekalipun “GRATIS.”
Uraian diatas merupakan rasa syukur kepada sang pencipta, atas pencapaian kompasiana memasuki usia 7 tahun. Tanpa ada kesengajaan merugikan bahkan menguntungkan sepihak, berterimakasih sangat kepada ADMIN Kompasiana telah sudi mempublish tulisan saya. Seperti biasa kata-kata sederhana dengan menggunakan tata bahasa acak adul pula. Jauh diatas rata-rata penulis-penulis tenar langganan HEADLINE.
Dengan segala kerendahan hati, “selamat HUT-7 Kompasiana” sukses makin berkembang, harapannya fitur-fitur aplikasi webnya ringan, tersedia fitur pembuatan kolom atau tabel, servernya makin handal, makin cepat di searching demi kenyamanan pembaca. Terimakasih.
Pantun Penutup: