Mohon tunggu...
Fitria Amanda
Fitria Amanda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Procrastinator. Quarter-time otaku. Mahasiswa sastra Jepang. Calon interpreter.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Seorang Guru?

20 Desember 2014   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya punya bakat di bidang sastra, yaitu Bahasa Jepang. Nggak tahu kenapa saya bisa lancar membaca huruf-hurufnya. Berawal dari keisengan di suatu siang, menyalin huruf katakana ke buku tulis kosong. Sejak itulah, 'Pembelajaran Bahasa Jepang' dimulai.
Kecintaan saya terhadap bahasa ini dimulai saat saya duduk di kelas 6 SD semester akhir. Saat itu juga saya lagi suka-sukanya baca komik Naruto punya temen sekelas, Nurfitriyah atau yang biasa dipanggil ‘Ii’.
Selepas SD, kami masuk ke SMP yang berbeda. Di awal masuk kelas 1 SMP, saya masih suka-sukanya baca komik Naruto. Kakak sepupu yang menikahi orang Jepang pernah saya kirimi gambar tokoh manga. Dia paham kalau itu dari tokoh Naruto. Saat kembali dari Jepang, dia bilang kalau disana suaminya menyempatkan diri untuk membelikan saya komik Naruto jilid terbaru. Dan dia berpesan pada saya untuk selalu belajar, dan carilah kata-kata aneh yang terdapat dalam komik itu. Saya terharu dan ingin menangis. Terdoktrin oleh kata-kata tersebut, saya berniat untuk memperdalam kemampuan berbahasa Jepang saya.  
Kebiasaan ini terus saya bawa ke SMA. Kecintaan saya terhadap bahasa ini sangat besar, sampai saya berandai-andai ingin pergi ke Tokyo dan bis kuliah di Universitas Tokyo atau dalam Bahasa Jepangnya 'Tokyo Daigaku' (singkatan kerennya Todai) yang didaulat sebagai tempat belajar paling top se-Jepang. -ooOoo- Suatu hari, saat saya lagi cek inbox e-mail, ada seseorang yang mengirim pesan. Isi e-mail tersebut menjabarkan bahwa dia tertarik privat Bahasa Jepang dengan saya setelah ngeliat blog milik saya. Saya senang bukan main. Dia mau kursusnya secara online via ym (yahoo messenger).
Saat sedang online, seseorang mengirim permintaan pertemanan. Saat itu saya main asal accept, nggak tahu kalau ternyata dia yang kemarin mengirim e-mail minta kursus privat.Di awal, kami hanya basa basi dan sekedar membahas apa saja yang akan dipelajari. Dia juga sempat bilang kalau saat itu dia sedang searching di Google dan menemukan blog belajar Bahasa Jepang saya dan tertarik dengan isi blognya. Saya terharu. Baru kali ini dalam hidup saya ada yang meminta privat bahasa Jepang.
Nama orang itu Sugiarta. Umurnya? Mungkin saat itu sekitar 40 tahun. Saya ingat saat itu kami sedang mendiskusikan kapan saat yang tepat untuk belajar. Karena saya punya waktu banyak, akhirnya dia minta waktu lesnya hari Rabu jam 6 sore. Saya pun mengiyakan.
Sebelumnya dia meminta untuk les seminggu dua hari, Rabu dan Sabtu. Tapi nggak jadi karena saya tiap Sabtu juga ngajar privat ke rumah orang. Akhirnya diputuskan bahwa lesnya tiap hari Rabu jam 6 tepat atau 6 lewat 15 menit. Pembicaraan kembali berlanjut dan kali ini membahas tentang biaya dan cara pembayarannya. Saya kaget. Baru kali ini seumur hidup, ada murid yang mau bayar.
Tadinya saya menolak dengan alasan 'saya mengajar dengan sepenuh hati tanpa imbalan karena udah biasa nggak dibayar.' Tapi dia tetap memaksa kalau dia ingin bayar. 
“Saya harusnya berterima kasih karena udah mau diajarin tapi sayanya nggak kembali kasih. Karena itu saya jadi nggak enak” katanya. Saya pun dibayar 200 ribu Rupiah. Dia juga yang minta lesnya per pertemuan dalam sebulan. -ooOoo- Deal. Lesnya tiap hari Rabu jam 18:00 atau 18.15 sore. Saya dibayar per pertemuan yang berarti empat kali pertemuan langsung bayar. Hari itu kita hanya bahas apa saja yang akan dilakukan, waktu belajar, biaya dan cara pembayaran. Setelahnya, ia langsung offline dan saya masih termenung, belum percaya dengan apa yang terjadi barusan. Dulu saya menganggap pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Terkadang saya berpikir: apa enaknya sih jadi guru? Gajinya kecil, udah gitu kerjaannya cuma ngomong doang di dalem kelas, nerangin ini itu. Belum lagi harus berhadapan dengan 40 murid di tiap kelas.
Keputusan saya untuk mengajar pun dimulai saat punya teman di friendster yang juga suka jejepangan. Setelah friendster, saya beralih ke facebook. Disana pun saya kenal teman yang minatnya sama. Dengan tekad yang kuat dan pendirian yang teguh akhirnya saya pun memutuskan untuk mengajar teman-teman di facebook melalui sebuah grup. Idenya muncul saat saya sedang bingung mencari cara ngajar yang enak dan semua kalangan bisa belajar dan berbagi ilmu disana. Akhirnya salah seorang teman menyarankan saya untuk membuat grup belajar Bahasa Jepang.
Akhirnya grup itu terbuat. Tujuan saya bikin grup itu cuma buat sharing, cari teman baru, berbagi info dan pengetahuan seputar bahasa dan kebudayaan Jepang. Tapi kok lama-lama makin banyak yang mau gabung, ya sudahlah akhirnya grup itu resmi saya jadikan grup untuk belajar. Dengan saya sebagai admin utama dan beberapa teman lain yang menjadi admin tambahan, jadilah grup itu sebagai grup pertama yang saya buat dan bertemakan pendidikan!  Biarpun bukan sesuatu yang khusus, sih. -ooOoo- Minggu depannya, saya langsung ngajar. Kita belajar dari awal-awal alias dari yang gampang dulu. Saya cuma kirim data bahan ajaran dan saya minta dia untuk pelajarin materi itu. Kalau ada yang kurang mengerti atau kurang paham, saya perbolehkan untuk bertanya.Pertemuan pertama berakhir dengan sukses dan lancar, tapi di sisi lain saya takut dikira melakukan penipuan dan ngaku-ngaku sebagai guru Bahasa Jepang dan berakhir dibawa ke kantor polisi dan dipenjara selama seumur hidup *halah lebay!*
Sampailah kita pada pertemuan keempat. Inilah saat yang paling ditunggu. Tadinya saya pikir 'Ah palingan dia bercanda' tapi ternyata benar! Dia menanyakan nomor rekening! Karena saat itu saya belum punya rekening, untuk sementara bayarnya kirim ke rekening Ibu saya dulu. "Ma, nomor rekening mama berapa?" "Buat apa?""Itu ada yang mau bayar les."Akhirnya. Dua ratus ribu rupiah telah masuk ke rekening mama . Dan dengan uang hasil ngajar pertama kali itulah saya berniat untuk membuka rekening untuk yang pertama kalinya. Ditambah uang dari mama sebanyak tiga ratus ribu, saya sukses membuka rekening.
-ooOoo- Setelah kurang lebih 5 bulan, ia pun memutuskan untuk berhenti. Ia lebih memilih untuk belajar Bahasa Inggris karena sewaktu di Singapura dia ngobrol dengan menggunakan Bahasa Inggris yang standar dan ia merasa kesulitan. Sedih sekali kehilangan murid privat yang pertama kalinya. [Di bawah ini ada sedikit cuplikan obrolan kami sesaat sebelum dia offline.]
-ooOoo- sugi250708: Sensei gomen, mungkin ini kursus bhs jepang sy yg terakhir, ada kesan & pesan ?inuzuka_fitria: oh, sepertinya ada tapi hanya beberapasugi250708: Oh iya silakan :)inuzuka_fitria: kesan: saya salut pada Anda karena di zaman sekarang masih ada yang mau belajar bahasa jepang walau dulu Anda sempat lupa. Semangat Anda patut untuk ditiru banyak orang, karena tidak banyak orang yang masih niat untuk belajar dan menambah ilmu lagi apalagi di zaman modern seperti ini banyak orang ingin yang serba instan dan langsung jadi tanpa berusahainuzuka_fitria: pesan: semoga Anda puas dengan semua pelajaran yang saya ajarkan, walau banyak sekali kekurangan yang adasugi250708: Domo arigato atas pujiannya, anda jg dengan sabar membimbing saya :) -ooOoo- Sejujurnya saya sedih saat dia bilang ingin berhenti privat sama saya. Hati ini bagai tersayat-sayat pisau yang amat tajam. Padahal selama ini dia adalah murid yang sangat semangat, walau usianya sudah mencapai kepala empat, tapi semangatnya patut dicontoh. Tanpa disadari air mata telah membasahi pipi ini. Aduh... Kenapa saya malah nangis? Ya ampun, sesedih itukah saya kehilangan seorang murid yang sangat semangat untuk belajar dan menerima materi baru di setiap pertemuannya? Mungkin guru-guru lainnya juga begitu, ya..Melihat anak didiknya lulus dari sekolah tempatnya mengajar, atau dengar kabar bahwa anak didiknya yang dulu super bandel sekarang malah sukses..
-ooOoo-sugi250708: Ceritanya begini ; Pengalaman kemarin waktu ke Singapura, waktu ketemu sama orang sy bicara bhs inggris sangat kesulitan.Jadi saya coba ikut kursus inggris,  Waktu ikut tes penempatan ternyata saya masuk level elementary 1.
Kursus 2x dlm 1 minggu selama 3 bln mulai awal bln ini. Dan kl bisa lanjut lagi level elementary II 3 bln lagi.
Terakhir elementary 4. terus ke intermediate I s/d 4 jg kl tdk salah. ( masih panjang )sugi250708: Cuman sy coba belajar lebih tekun, jadi pada kesempatan tes penempatan, sy akan mecoba lagi, siapa tahu bisa naik langsung ke intermediate I.
-ooOoo-Saat menatap deretan kata tersebut yang tampil di monitor, hati ini tambah dag-dig-dug-deg-DUAR. Saya nggak siap buat melepas dia. Saya masih pengen ngajar dia lagi sampai beberapa tahun kemudian karena menurut saya, dia orang yang sangat rajin, selalu ingin tahu, bersemangat di setiap pertemuan dan selalu menanti materi baru dengan antusias...
Sekarang saya tahu seberapa besar pengorbanan seorang guru itu. Guru bukan hanya sekedar ‘media’ dalam mendapatkan pelajaran, namun guru adalah sosok orang yang selalu memberi kita motivasi dan dorongan yang kuat. Terkadang, guru suka marah dan kita pasti berpikir dia adalah guru yang galak. Namun tidakkah kalian tahu bahwa kegalakan itu adalah bentuk rasa kasih sayang kepada kalian? Dalam lubuk hatinya mereka tidak mau melakukan ini, namun demi kita mereka rela membuang waktu dan kehidupannya demi mecerdaskan dan mendidik kita. Guru juga orang yang selalu percaya bahwa kita pasti bisa.Sekarang saya tahu kenapa dulu saya selalu menganggap guru adalah pekerjaan yang paling nggak enak karena selain dari faktor gaji, guru juga harus sabar dalam membimbing dan mendidik murid-muridnya. Itulah sebenarnya pekerjaan yang rumit dari guru, memiliki tekanan batin dan harus bisa membagi waktu antara kehidupan pribadi dan profesinya.
Sekarang pun saya sudah mengerti bagaimana sulit dan rumitnya berprofesi sebagai guru. Suatu saat nanti, saya juga ingin jadi guru, guru Bahasa Jepang. Saya akan mencoba sabar dan tetap semangat dalam membimbing murid-murid saya nantinya. Saya juga akan mencoba untuk membagi waktu dengan seimbang antara profesi dan kehidupan pribadi. Pada akhirnya, saya adalah 'guru' untuk diri saya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun