Memahami indonesia sebagai tempat
 Dalam menghadapi gemburan wabah corona, pemerintah terus melakukan upaya yang boleh dikatakan adalah penyelamatan sosial. Penyelamatan sosial bearti suatu upaya untuk menjaga Indonesia secarah menyeluruh baik indonesia sebagai tanah air, manusia, budaya dls.
Menurut saya, upaya pemerintah dalam melakukan penyelamatan sosial mengambil fondasi dalam refleksi indonesia sebagai "tempat" dalam konteks memerangi COVID 19. Ada beberapa alasan yang terbangun berdasarkan fakta saat ini.
Pertama, tempat faktor utama dalam mencintai. Faktanya, para pemimpin berpikir keras, para ilmuwan bernuang untuk menemukan obat atau vaksin dilaboratorium, Â para perawat, dokter, relawan mau membantu, berkorban bahkan mati dalam menjalani tugas mereka.
Hemat saya selain karena soal kemanusiaan, sumpah tugas, tetapi juga cinta indonesia. Indonesia sebagai tempat. Tanah kelahiran. Tanah tumpah darah. Mereka tidak mau Indonesia sebagai jati diri mereka, gambaran identitas mereka terus menderita karena virus ini. mereka ingin menyelamatkan indonesia dengan menyelamatkan nasib, martabat hidup orang atau manusia Indonesia.
Kedua, tempat  menjamin keamanan (keselamatan). Hal ini terlihat dalam himbauan, kebijakan dan peraturan pemerintah. Misalnya isolasi diri, "dirumah aja", karantina wilayah,  penutupan sementara perbatasan negara. Semua ini diterpakan untuk melindungi warga masyarakat. Hal ini hendak mempertegas bahwa "tempat" atau area menyelamatkan, melindungi sekaligus memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Ketiga, Â tempat sebagai ekspresi keberpihakan yang paling pertama. Saat ini program "prakerja" yang diimplementasikan pemerintah dengan tujuan salah satunya adalah menjaga kestabilan ekonomi yang terdampak virus corona.
Bagi saya, pertama-tama pemerintah tidak menafsir situasi kemandekan sosial akibat virus ini namun pemerintah "berada ditempat "/ "bersama" para para buruh, karyawan atau orang yang tak beruntung dalam situasi ini. Kemudian pemerintah membangun kebijakan untuk menolong mereka.
Tempat : root of all memories
Untuk semua orang-orang Indonesia, mari kita belajar dari Nasihat Eneida dalam menghadapi kekalahan sebagaimana dikutip Paus Fransiskus;
Jangan  menurunkan lengan anda (menyerah). Pertahankanlah dirimu sampai waktu yang lebih baik, karena pada saat itu engkau akan mengingat bahwa apa yang telah terjadi akan membantu kita. Jaga dirimu untuk masa depan yang akan datang. Dan ketika masa depan itu datang, anda akan mengingat bahwa apa yang telah terjadi akan membuat Anda lebih baik. Jagalah hari ini, tapi untuk besok. Semuanya itu dilaksanakan dengan kreativitas. Sebuah kreativitas sederhana yang diciptakan setiap hari.