Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Stimulus Cetak Uang, Jurus Ampuh?

29 Juni 2020   14:47 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risiko MMT dan QE

Dinaikkannya batas defisit APBN menjadi 5% PDB dan BI bisa membeli Surat Utang Negara di pasar primer berarti kebijakan MMT dan QE dapat dijalankan di Indonesia.

Implementasi kebijakan ala MMT dan QE ini harus dilakukan secara bertahap sambil terus memantau perkembangan indicator ekonomi makro. 

Bila ada indikasi inflasi meningkat, suku bunga naik, nilai tukar melemah signifikan, dan cadangan devisa turun, artinya kebijakan MMT atau QE menurunkan kredibilitas kebijakan makro. Saat potensi ketidakstabilan ekonomi terjadi, maka biaya menerapkan kebijakan ala MMT dan QE lebih besar daripada manfaatnya berupa pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Faktanya, seringsekali kebijakan ekonomi yang dipersepsikan positif dalam kondisi ideal saat direncanakan (ex-ante analysis), ternyata dampak negatif yang tidak diharapkan (unintended consequence) lebih besar saat dijalankan (ex-post evaluation).


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun