Andai aku lebih dewasa sedikit saja
Mama mungkin bisa membagi kisahnya denganku, tentang cemasnya karena sembako dipajakkan, tentang tangis diam-diamnya, tentang patah hati terhebatnya
Andai aku lebih dewasa sedikit saja untuk berani menantang monster yang menghancurkan hati kami dan seisi rumah ini, aku pikir mama tak akan kehilangan kewarasannya
Aku tak bisa mengopi bareng sambil berbincang dengan Tuhanku, yang aku yakini sebagai satu-satunya pelindung kami
Aku hanya bisa menemuiNya dalam doa, dan mengadu
Jangan biarkan mamaku menjadi asing bagi kami
Jika aku bisa meminta padaNya, aku berharap aku bisa tumbuh lebih besar dan lebih kuat dari monster itu
Paling tidak, mamaku bisa berlari berlindung di belakangku, lalu kuhantam monster jahanam itu
Andai aku lebih dewasa sedikit saja, aku pikir aku tak pernah ingin membentuk rumah tangga yang aku pikir jadi sumber masalah
Aku hanya ingin tumbuh dewasa, menua bersama mamaku, melindunginya dari apa pun
Kenapa aku harus menjadi tumbuh dewasa lalu mengulang kisah seperti yang dialami mama
Rumah tangga itu bukankah sebuah alasan klise yang disebut untuk melengkapi ibadah, namun nyatanya penyempurnaan luka?