Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Surga dan Neraka

8 Desember 2016   19:03 Diperbarui: 8 Desember 2016   19:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: dreamstime.com

“Kamu mau yang mana?”

Bocah kecil berkulit merah maroon sedang memamerkan dua buah permen lolipop kepada seorang bocah lainnya. Satu di tangan kanan satu dan satu lagi di tangan kirinya.

Bocah di hadapannya yang memiliki sepasang sayap dan lingkaran nimbus di atas kepalanya terlihat girang tapi matanya menatap liar. Lalu secepat kilat dia menggenggam kedua permen. Masing-masing di dalam telapak kanan dan kirinya.

“Aku mau dua-duanya!” serunya.

Bocah berkulit merah berteriak kesal karena tidak bermaksud membagi kedua permennya.

“Satu saja!” serunya setengah memohon. Sepasang tanduk mungil yang mencuat dari batok kepalanya mulai berpendar pertanda marah. Tapi pertahanannya kurang kuat sehingga bocah bersayap berhasil merebut kedua permen itu lalu berlari menjauh.


Bocah berkulit merah pun mulai menangis sesenggukan. Sebaliknya bocah bersayap tertawa puas sambil memandang dua permen di tangannya.

“Dasar malaikat kecil! Tidak boleh egois, ayo bagi permennya!”

Seorang wanita tua kurus dengan rambut seputih salju masuk ke ruangan bermain. Walau nampak sudah renta, dia masih saja lincah mengejar dan menangkap bocah bersayap itu lalu menggenggam kedua tangannya erat-erat.

Bocah bersayap sepertinya hendak menggigit tangan wanita tua itu. Tapi dia mengurungkan niatnya karena jari telunjuk wanita tua yang kini teracung kepadanya mengeluarkan cahaya berwarna merah tembaga.

“Zaphael, apa yang pernah Nany bilang tentang kebiasaan menggigit?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun