Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu dan Hujan

12 Desember 2016   21:15 Diperbarui: 12 Desember 2016   21:22 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari www.kcet.org/socal-focus/rain-comes-to-the-desert

Sudah bertahun-tahun kamu tak lagi percaya pada hujan. Kamu membiarkan tetes demi tetes jatuh begitu saja tanpa tegur sapamu. Kamu membisu dan membiarkannya membisu, sampai dia enggan menghampirimu lagi.

Kamu pernah membiarkan hujan menyamarkan air mata yang mengalir di pipimu. Tapi saat ini kamu tidak memberikannya alasan sedikit pun untuk menyamarkan apa saja yang hendak kamu tangisi.

Hari-harimu pun seperti padang gurun tandus yang hanya dihuni oleh kalajengking dan serangga pasir. Pada siang hari panas menyengat, pada malam hari dingin menggigit. Aku tahu kamu sekarat, tapi kamu tidak mau membiarkan dunia mengetahuinya.

Diam-diam aku pun bermuslihat bersama hujan.

“Dia telah dikhianati,” kataku padanya. “…dan dia tidak ingin siapapun menghiburnya, termasuk kamu. Dia mencoba menjadi kuat, tapi sebenarnya tanpa sadar dia sedang menghukum dirinya sendiri.”

Hujan mengangguk.

Lalu sampailah kita pada senja ini.

Hujan kembali hadir. Dia muncul dari balik pasir padang gurunmu, lalu melayang berderai-derai ke langit. Mula-mula kamu kebingungan. Tapi melihat kawan lamamu datang dengan cara tidak biasanya, kamu pun tersenyum lalu… tertawa.

Tertawa terbahak-bahak.

Kini hujan datang tanpa membuatmu menjadi lemah.

Kamu dan hujan pun bercakap-cakap mesra dan jantungku seperti berhenti berdegup saat hujan membuatmu menolehkan pandangan ke arahku.

Ya, aku akan selalu mencintaimu… walau kamu tak menyadarinya.

---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun