Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Juga Mesti Hati-hati dengan "Orang Dalam" Partai

2 Februari 2021   20:25 Diperbarui: 2 Februari 2021   20:33 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat resmi AHY kepada Presiden Jokowi sukses membuat heboh masyarakat se-Indonesia Raya. Bagaimana tidak? AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat meminta klarifikasi soal orang-orang ring satu istana yang disinyalir sedang melakukan gerakan bawah tanah untuk melakukan kudeta (meminjam istilah media) dan hendak mengambil alih kepemimpinannya di dalam partai yang sudah berkiprah selama 20 tahun tersebut.

Padahal saya sudah berpikir riak-riak politik di dalam partai dengan warna brand biru tersebut bakalan lebih tenang setelah SBY diberitakan sedang sibuk-sibuknya melakoni hobi masak nasi goreng. Ternyata baru beberapa waktu berselang sudah heboh lagi.

Masyarakat pun terbagi menjadi dua menyikapi manuver AHY ini. Ada yang melihatnya sebagai gimmick politik saja, untuk menarik simpati. Ada juga yang menganggapnya lebih serius, sebagai sebuah langkah kuda untuk menentukan kelanjutan nasib Demokrat selanjutnya.

Di antara dua sikap ini, saya masih cenderung lebih berat ke pilihan kedua. Mengapa? Karena ada SBY di balik sosok AHY. Walaupun popularitas Demokrat akhir-akhir ini sedang redup, kita tidak boleh menganggap enteng kalkulasi politik sosok jenderal yang pernah dua periode memimpin bangsa Indonesia ini.

Jika diasumsikan langkah AHY bersurat ke presiden tersebut telah mendapat restu dari SBY, berarti memang sang thinking general telah mencium ada sesuatu yang tidak beres sedang mengancam partai Demokrat. Dalam analisis SWOT, masalah tersebut berada pada dimensi T (Threat) atau ancaman. Entah bagaimana persisnya ancaman tersebut, ring satu istana sedikit banyak pasti punya keterkaitan dalam hal ini, dengan atau tanpa sepengetahuan Jokowi.

Baik AHY maupun SBY mungkin sudah menduga respon masyarakat bakalan seperti ini. Tapi paling tidak mereka sudah mengantisipasi ancaman tersebut satu langkah. Kesannya bola panas saat ini berada di tangan Jokowi, tapi sebenarnya apa pun nanti klarifikasi yang diberikan Jokowi mereka sudah berada satu langkah di depan orang-orang yang berada di balik ancaman tersebut. Justru orang-orang ini mesti hati-hati, karena nama Jokowi sudah terseret di dalam pusaran polemik.

Hanya saja, AHY pun mesti menyadari satu hal. Dalam analisis SWOT, masalah juga berada pada dimensi W (Weakness) alias kelemahan. Jika threat berbicara masalah yang datang dari luar, weakness adalah masalah yang datangnya dari dalam organisasi sendiri.

Pada kisah-kisah kudeta, selalu ada orang dalam yang terlibat dan memegang peranan penting dalam kisah tersebut.

Orang dalam ini mestinya adalah orang dekat yang memahami kekuatan dan kelemahan partai, termasuk kekuatan dan kelemahan AHY sendiri sebagai Ketua Umum. Orang-orang seperti ini menjatuhkan dengan cara yang halus, misalnya memberi informasi yang keliru (atau dibuat keliru), sehingga analisis politik yang dihasilkan partai menjadi bias dan partai bisa salah langkah.

Sekuat apa pun ancaman yang datang dari luar, jika orang-orang dalam organisasi solid dan loyal, ancaman tersebut pasti bisa diatasi atau paling tidak diminimalkan dampaknya. Tidak terkecuali untuk organisasi seperti partai politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun