Saat telapak kakiku menyentuh embun di atas rumput, ada sebagian jiwa yang bersimpuh takzim.
Ibu bumi memberikan kesejukan yang meneduhkan. Aku pun merasakan setiap sel darah yang mengisi relung-relung raga sedang bercakap-cakap dengannya.
Mereka bercerita lepas tanpa batas, tentang peradaban yang semakin tua, langit yang semakin panas dan manusia yang semakin tak peduli.
Padahal ibu bumi selalu memberi. Menumbuhkan makanan dari setiap sel tubuhnya, menyediakan sumber-sumber kehidupan dari sungai dan laut, menumbuhkan hutan yang berlimpah oksigen. Dan semua itu dilakukan tanpa harap kembali.
Dalam hening aku menghilang. Mungkin sesekali peradaban kita juga harus terjeda sejenak untuk mendengarkan dan merenungkan pesan semesta.
---