Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama FEATURED

Bahaya Rendahnya Literasi Digital pada Zaman Internet

26 Juli 2020   19:19 Diperbarui: 10 Februari 2022   06:23 2243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertextual Navigation. Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang cara kerja dan karakteristik halaman web yang kita jumpai sehari-hari. Misalnya apa itu HTTP? URL? HTML? Bagaimana hyperlink bekerja dan pengetahuan sejenis.

Knowledge Assembly. Kompetensi ini adalah kemampuan untuk membangun sebuah pengetahuan dari sebaran informasi yang diperoleh dari internet (termasuk mengevaluasi fakta dan opini). Kompetensi ini juga mencakup kemampuan seseorang untuk mengumpulkan informasi yang valid, baik dengan masuk ke dalam milis atau grup tertentu, menggunakan berbagai media untuk melakukan crosscheck informasi dan lain-lain.

Nah, sejauh apa kita menggunakan kompetensi-kompetensi digital literasi di atas saat berselancar di dunia maya? Silakan memeriksa diri masing-masing.

Setelah menyimak daftar kompetensi literasi digital di atas, kita pun jadi paham mengapa laju penetrasi internet di negara kita tidak serta merta berbanding lurus dengan literasi digital dalam masyarakat.

Derasnya arus informasi pada zaman internet ini mestinya membuat kita leluasa menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang membuat kita lebih mudah menyelesaikan persoalan dengan waktu yang cepat dan biaya yang murah. Tapi ternyata tanpa literasi digital yang memadai, arus informasi tersebut malah bisa berbalik menjadi ancaman yang bisa mendatangkan kerugian bagi kita sebagai individu dan sebagai bagian dari tatanan sosial.

Tanpa kemampuan content evaluation dan knowledge assembly, misalnya, orang akan lebih mudah memercayai dan membagikan konten-konten hoaks kepada orang lain. Bukan saja hoaksnya yang bahaya, tapi dampak lanjutan dari hoaks tersebut.

Tidak usah jauh-jauh mencari contoh. Saat ini di tengah perang melawan Covid-19, masih ada saja orang yang menyebarkan konten-konten menyesatkan, baik yang membuat orang panik berlebihan maupun yang membuat orang masa bodoh dengan penularan Covid-19.  

Pada saat pilpres terakhir, masyarakat jadi begitu terpolarisasi karena polemik yang terjadi di dunia nyata, maupun dunia maya (hashtag war, framing, berita palsu dan lain-lain) karena sebagian masyarakat tidak mengecek kebenaran informasi-informasi yang beredar sebelum bereaksi.

Kemudian tanpa pengetahuan internet searching dan hypertextual navigation yang memadai, pengguna internet bisa dengan mudah jadi korban aneka kejahatan di dunia maya seperti scamming, carding, spamming, pornografi sampai pemerasan, dengan berbagai modus.

Bagaimana kiat-kiat meningkatkan literasi digital? 

Ada data menarik mengenai tingkat minat baca di Indonesia. Berdasarkan studi dari Central Connecticut State University mengenai minat baca masyarakat pada sejumlah negara tahun 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara alias runner up dari bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun