Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mimpi Terima Angpao

25 Januari 2020   19:55 Diperbarui: 25 Januari 2020   20:02 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari https://jabar.tribunnews.com

Saking pengennya aku menerima angpao, amplop berisi lembaran-lembaran uang itu pun hadir dalam mimpi. Amplop-amplop merah mungil berjatuhan dari langit seperti hujan. Aku pun berlari kesana kemari mengumpulkannya sebanyak mungkin. Senang sekali rasanya.

Sayang, itu hanya mimpi. Saat kembali kepada kehidupan nyata, aku tahu angpao bukan sesuatu yang bisa aku dapatkan begitu saja. Keluargaku sangat sederhana. Bahkan untuk ukuran sebuah keluarga, kami juga begitu sederhana. Hanya ada aku, ayah dan Rendi.

Ayah memang masih memiliki darah Tionghoa. Tapi sepertinya sudah sejak lama dia putus hubungan dengan keluarga besarnya, entah sejak kapan. Ayah menikahi seorang perempuan yang tidak berdarah Tionghoa. Keduanya bertahun-tahun hidup berdua, di pinggiran kota Pontianak tanpa dianugerahi putera atau puteri, bahkan sampai istri ayah meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Ayah lalu mengadopsi aku sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan Rendi anak dari panti asuhan. Tangan Rendi sangat cekatan, sehingga ayah memanggilnya untuk membantunya di bengkel motor, sekaligus tinggal bersama kami. Demikianlah keluarga sederhana kami.

Kembali ke amplop merah.

Setiap kali imlek, aku hanya menahan napas melihat ayah memberi amplop merah pada Rendi, tapi tidak padaku.

Juga Imlek kali ini.

Setelah menerima angpao pemberian ayah, Rendi memamerkannya padaku seolah-olah tahu aku juga sangat menginginkannya.

"Tidak usah marah, Chiro. Kamu juga akan dapat angpao kok..." ucap Rendi sambil mengelus-elus kepalaku.

"Benarkah?" seruku, tapi yang terdengar pasti hanya gonggongan kecil.

"Kamu senang sekali sepertinya," ucap Rendi lagi sambil tertawa renyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun