Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dirajah Sembilu

3 Agustus 2018   21:46 Diperbarui: 3 Agustus 2018   22:06 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dnainfo.com

 ***

Malam berikutnya, di rooftop cafe yang berbeda, Maya kembali bercakap-cakap dengan purnama, walau nampaknya kali ini purnama lebih mendominasi pembicaraan. Sesekali malah menyeringai marah. Maya tertunduk sedih. Di sisi kanannya terhampar koran dengan berita utama seorang vokalis band ditemukan meninggal di kamar hotel karena keracunan sianida.

"Dia adalah lelaki pembuat luka. Ternyata dia telah memiliki dua orang putra dan istri, yang tentu saja kadar cintanya lebih tinggi dariku, Purnama," keluh Maya.

Purnama terdiam. Beberapa saat lamanya keduanya larut dalam keheningan. Sampai seorang lelaki menghampiri meja Maya. Lelaki itu berbadan tegap dengan penampilan perlente.

"Mbak Miranda?"

Maya sedikit terkejut, lalu memandang lelaki itu dalam-dalam. "Kamu ini tipe lelaki yang membuat luka atau menyembuhkan luka?" tanyanya.

Lelaki itu juga terkejut tapi tetap menyahut mantap "Saya Hans dari Kepolisian."

"Oh, baik pak Hans dari kepolisian. Miranda itu masa lalu saya. Sekarang saya lebih sering dipanggil Maya."

"...dan masa depan kamu adalah penjara!"

Maya tersenyum lalu menoleh ke arah purnama. "Dia sepertinya adalah penyembuh luka...," gumamnya lirih.

Tidak lama kemudian, mobil biru metalik berisi para reserse dan buruannya meninggalkan caf dengan cepat. Di kursi belakang, Maya perlahan-lahan memejamkan mata. Dia merasa beban berat yang dipikulnya perlahan-lahan menghilang. Luka-luka yang dideritanya, perlahan-lahan pulih.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun