Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam yang Sedih

10 Juli 2018   21:27 Diperbarui: 10 Juli 2018   22:00 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dissolve.com

Purnama memandang orang-orangan sawah dengan sedih
teringat puteranya yang hilang di antara padi yang hampir dipanen petani.

Embun tak mau turun malam ini
mereka bersedih karena tanah menolak memberi makan rerumputan
rerumputan pun memohon agar embun membawanya ke langit.

Angin bersiul di tangga nada minor
pertanda pantai akan meniupkan elegi ke laut
hanya telinga pesut yang bisa mendengar
tapi hati nelayan tua akan tergetar.

Dan sampailah kita pada buih ombak yang enggan berpisah dari butir-butir pasir
mereka bergumul semalam suntuk sehingga tidak memerhatikan seorang putera yang tersesat
di antara teluk dan tanjung
mencari muara sungai yang akan membawanya kembali ke gunung
tempat padi-padi menunduk takzim
dan rumput mencerna sari-sari kehidupan dari tanah.

Tak ada yang bisa dibagikan malam ini selain kesedihan.

Biar
kunang-kunang menari memanggil matahari
siapa tahu di halaman berikutnya kita menemukan senyum semesta
yang hilang malam ini.

---

kota daeng, 10 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun