“Nggak, Ron. Kenapa emangnya?” tanya Ridwan. Tersirat kecemasan dari suaranya.
“Ng… tadi Kak Ita keluar rumah. Katanya mau fotokopi tugas kuliah. Dia pakai motor Ayah. Tapi sampai sekarang belum balik-balik, Kak. Mana handphone-nya tidak aktif lagi.”
Ridwan merasa hawa dingin merayapi tubuhnya, membuat bulu kuduknya merinding seketika.
“Mm… Kakak coba telepon teman-teman Ita yang Kakak kenal ya, Ron. Mudah-mudahan ketemu.”
Roni mengiyakan. Percakapan mereka pun diakhiri.
Dengan tatapan aneh, Ridwan memandang kembali foto di tangannya. Wajah dalam foto itu adalah wajah Ita. Yang mengherankan, mestinya foto itu ada di dompetnya. Entah mengapa tadi bisa sampai tergeletak begitu saja di lantai.
Ridwan lalu memutar memorinya, mencari siapa kawan Ita yang akan dihubungi pertama kali. Tapi saat memandang cermin yang menggantung di salah satu sudut kamar, mata Ridwan melotot. Ekspresi ketakutan terpancar jelas dari wajahnya.
“I… Ita…!!”