Ketegangan ini kemudian dapat mendorong remaja untuk mencari sarana alternatif dalam mencapai tujuan mereka, yang mungkin termasuk terlibat dalam perilaku kriminal seperti pembegalan, pemerasan, atau penganiayaan. Selain itu, tekanan sosial dari teman sebaya atau subkultur yang mendukung perilaku kriminal juga dapat memperkuat respons terhadap ketegangan tersebut.
Secara pandangan Sosiologi, Kreak bisa terjadi karena terjadinya proses dan interaksi sosial, yakni bagaimana kelompok Kreak memaknai pengaruh timbal-balok antar berbagai segi kehidupan yang saling pengaruh-mempengaruhi yang berdampak terjadinya sebuah interaksi sosial yang disasosiatif dillakukan oleh kelompok Kreak.
Jika melihat secara interaksi sosial, dalam penerapannya Kreak menciptakan pertikaian sosial yang menantang pihak lawan dengan ancaman maupun kekerasan secara terang-terangan yang digunakan dalam menentang antara kelas sosial, terutama dalam stratifikasi sosial secara vertikal karena mereka ingin terlihat modern dan keren yang menjadi gambaran kalangan ekonomi keatas namun terkesan norak, belagu namun berasal dari kalangan bawah. Sehingga untuk menujukkan modern, keren serta menutupi stasus sosialnya sebagai kalangan ekonomi kebawah, maka Kreak berbuat keonaran.
PENCEGAHAN:
Untuk mengurangi risiko menjadi korban begal, beberapa langkah pencegahan yang bisa diterapkan antara lain:
Menghindari jalan sepi: Sebisa mungkin, pilih rute yang lebih ramai dan terang.
Berpergian dalam kelompok: Ini akan meminimalkan risiko, terutama di malam hari.
Meningkatkan kesadaran lingkungan: Selalu waspada dan perhatikan sekitar, terutama jika ada yang mencurigakan.
Pelaporan yang cepat: Segera laporkan kepada pihak berwajib jika menyaksikan tindakan mencurigakan.
SOLUSI:
Mengenai maraknya kreak yang ada di Semarang ini, pihak kepolisian pun merespons dengan meningkatkan patroli di area-area rawan serta melakukan kampanye keselamatan di media