Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

"Berburu" Peluang Bisnis Wisata di Tengah Erupsi Gunung Agung

11 Desember 2017   16:31 Diperbarui: 11 Desember 2017   16:40 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dia bergegas menuju ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem untuk mendaftarkan diri sebagai sukarelawan. Berbekal penguasaan medan di Gunung Agung, dia meminta sebuah perangkat HT kepada petugas BPBD. Petugas BPBD akhirnya memberinya sebuah HT. Mudi tidak tahu bagaimana mengoperasikan radio tersebut. Petugas BPBD tadi lantas memberikan penjelasan singkat penggunaannya.

Setelah dilengkapi dengan perangkat komunikasi, Mudi dan seorang teman segera mencari turis Rusia tadi. "Sekitar 200 personel yang melakukan pencarian, dan kami yang akhirnya menemukan turis itu," ujar Mudi. Lantas dia menghubungi BPBD untuk penyerahan turis.

Sejak saat itu, Mudi melihat pentingnya komunikasi melalui perangkat radio. Mudi yang saat ini sebagai wakil sekretaris Orari Kabupaten Karangasem mendukung komunikasi dengan memasang rig dan melengkapi radio HT kepada tim yang memandu turis selama menikmati wisata alam. Mudi mengakui pemanfaatan radio dalam konteks pariwisata dan penanggulangan bencana sangat bermanfaat.

'Berburu' untuk Terus Berkarya

Masih ingat di dalam benak pikiran, terakhir kali Mudi mencapai puncak Gunung Agung. Saat itu pada 12 September 2017 Mudi naik dan mendirikan tenda di ketinggian. Selang dua hari, Gunung Agung dinyatakan 'Awas' dan ditutup untuk segala aktivitas baik bagi warga setempat maupun pengunjung. Seiring dengan kenaikan aktivitas vulkanik, wisata alam mulai terpuruk ke titik seperti pascaledakan bom Bali yang terjadi beberapa tahun lalu. Ini termonitor dari salah satu sukarelawan melalui radio komunitas Pasebaya yang terus memberitakan perkembangan gunung dan penanganan darurat Gunung Agung.

Meskipun kondisi sangat sulit, Mudi tetap bersyukur dan mengambil sisi positif dari peristiwa ini. Dia memaknai gejolak alam sebagai tanda untuk lebih mendekatkan diri pada alam, masyarakat dan Tuhan. Dia dan keluarganya beradaptasi dengan kondisi sulit tersebut.

"Yang penting kita sehat dan makan secukupnya."

Terus berjuang untuk menjalankan bisnis wisata alam, Mudi tetap membuka pemesanan untuk para turis yang ingin berwisata. Dia sangat berharap krisis Gunung Agung dapat segera berakhir. Namun dirinya sangat realistis ketika mengetahui sejarah letusan 1963 yang berlangsung hingga satu tahun.

Melihat kenyataan wisata alam yang terpuruk memang menjadi tantangan utama di Pulau Dewata. Banyak orang mengandalkan bisnis wisata di pulau yang menjadi destinasi tidak hanya turis lokal tetapi juga mancanegara. Dukungan dan promosi positif Bali perlu terus digaungkan untuk mengembalikan bisnis wisata alam yang memberikan penghidupan bagi masyarakat Bali.

Para pelaku bisnis wisata, khususnya Bali, sangat bergantung dari moda transportasi penghubung ke pulau seluas 5.636 km. Dukungan pemerintah terhadap sarana dan prasarana moda transportasi menjadi elemen yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata, seperti rute penerbangan dan moda transportasi alternatif untuk menjangkau Bali, seperti kapal. Bali aman, dan memang sebagian wilayah saja yang terancam dampak erupsi Gunung Agung. Informasi yang lengkap, misal lokasi yang potensial terdampak atau wilayah berbahaya, potensi bahaya apabila erupsi, langkah-langkah penyelamatan, sumber-sumber informasi resmi terkait penanganan darurat erupsi, juga dapat membantu para pelancong untuk merencanakan wisata di tengah aktivitas vulkanik Gunung Agung yang masih tinggi. Namun demikian semua pihak tentu dapat berkontribusi untuk membangun kembali bisnis wisata alam yang mampu menghidupi masyarakat setempat.

Perjalanan Mudi di saat Gunung Agung mengancam adalah secuil kisah yang mungkin dialami oleh pelaku bisnis wisata lain. Sebagai gambaran yang lebih besar, pariwisata Bali ditaksir mengalami kerugian hingga lebih dari Rp 200 milyar per hari. Di samping itu, Bali menyumbang Rp 70 trilyun setiap tahun atau 40% devisa negara dari sektor pariwisata. Kita semua berharap krisis Gunung Agung cepat berakhir dan sektor pariwisata kembali pulih. Jargon Bali aman harus terus digaungkan karena hanya sebagian Bali yang terdampak potensi ancaman erupsi Gunung Agung. Masih banyak sisi lain Bali yang dapat dieksplor oleh para turis baik domestik dan mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun