Mohon tunggu...
Muhamad Arief
Muhamad Arief Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang sedang berusaha jadi tukang foto, tukang bikin kopi, tukang bikin puisi, tukang bikin cerpen dan tukang bikin film..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Seorang Kawan

6 April 2017   22:22 Diperbarui: 7 April 2017   06:00 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau tahu bagian paling menyakitkan dari kematian?
 Ah tentu saja kau tak tahu karena belum mencobanya
 Atau yang lain hanya menerka-nerka dengan imajinasi anak kecil

Maka izinkan aku untuk bercerita
 Bagian perbagian hingga nanti menjadi genap
 Tapi bukan maksud hati untuk menakuti
 Aku hanya ingin kau bisa bersia

Jika saja kau tahu
 Jika saja kau lebih dulu menyadari
 Kau akan menangis sendu
 Sambil memaki kebodohan diri

Nanti ketika kau berpisah dengan raga
 Yang paling menyiksamu adalah cinta
 Kau mungkin ingin langsung membantah
 Karena kau pikir semua cinta itu baik
 Tapi tolong dengarlah aku sampai akhir
 Hingga terang dan hilang semua sangka

Semua yang kau cinta adalah siksa bagimu
 Ketika nanti kesadaranmu ditarik paksa dari tubuh
 Dengan tahu bahwa ini kan selamanya
 pikiranmu bekerja cepat
 Kilasan-kilasan tentang dirimu di masa lalu
 Bagai nyata serta rinci meski dalam waktu sekejap mata

Kau melihat keluargamu yang dibangun dalam suka cita
 Anak-anak yang kerap kau banggakan telah matang
 Sahabat yang menjadi teman ketika sulit melanda
 Jabatan yang kau pernah perjuangkan mati-matian
 Gundukan harta yang kau kunci rapat-rapat agar tak dicuri orang
 Kesenangan manis yang bisa kau cicip di  masa jayamu sekarang

Kau akan meronta-ronta
 Memohon mati-matian
 Berteriak sekuat tenaga meminta bantuan
 Karena rasa takut luar biasa akan hilangnya segala nikmatnya dunia

Tapi sang mau selalu tegas
 Menjalankan tugas tanpa sekalipun alpa
 Tercipta dengan disiplin luar biasa
 Akan dedikasinya pada sang pencipta

Semakin kau meronta, memohon dan berteriak
 Semakin jauh pula semua yang ada di dunia
 Semakin samar pula semua yang kau cinta

Kau akan rasakan perih
 seperti ada pisau yang tertancap di hati
 Lukanya menganga sambil sekali-sekali tertiup angin semilir

Dan kau hanya bisa menangis sesegukan dalam diam
 Sambil menyaksikan semuanya hilang bagai tertiup angin lewat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun