Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Gereja Katolik yang Menyembuhkan Luka Papua

9 Juni 2022   05:40 Diperbarui: 9 Juni 2022   05:45 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal bersama Papua

Kita pasti ingat kisah Emaus. Dua murid mengajak Yesus, yang mereka tak kenal itu, supaya tinggal bersama mereka. "Tinggallah bersama-sama dengan kami..." (Lukas 24:29). Gereja Katolik, kalau mau sungguh-sungguh menjadi Papua, harus tinggal bersama Papua!

Tinggal bersama-sama memiliki makna luas. Di sana, ada percakapan, diskusi, saling bicara, saling menemukan titik-titik rapuh dan titik-titik kekuatan. Melalui tinggal bersama-sama, kita menemukan: "apa yang dapat kita lakukan bersama untuk memeluk dan merawat mereka yang terluka di tanah ini?" 

 Kita telah menerima Yesus dan Injil, sekaligus mendirikan dan menjadi bagian dari rumah Gereja Katolik. Kita adalah Gereja Katolik Papua. Apakah orang Papua yang tinggal di dalam rumah Gereja Katolik Papua menjadi lebih baik? 

Bukankah sampai saat ini, orang Papua Katolik di pelosok Papua masih berada dalam situasi sulit: orang sakit tidak bisa berobat. Anak-anak usia sekolah tidak bisa sekolah! Ibu hamil dan anak balita menderita gizi buruk. Ekonomi umat sangat terbatas. Hutan alam, dusun, tempat keramat hilang karena perkebunan kelapa sawit, perumahan, perkantoran, dll!

Saat ini, kekinian Papua, di tanah Papua ini, pada perayaan 128 tahun misi Katolik di tanah Papua, kita diminta untuk: "mari masuk ke dalam rumah Papua!" (cem a..."). Gereja Katolik Papua, baik kaum hierarki: Uskup, Pastor, Diakon, maupun umat awam Katolik; "Gembala dan Domba harus tinggal dalam satu kandang; satu rumah Papua!" 

Kita tahu bersama selama ini, terutama pada masa setelah misionaris, dan secara khusus, pada era otonomi khusus Papua (otsus-2001), kita tercerai-berai. Domba-domba, baik yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif maupun  kawanan domba yang ada di kampung-kampung, mencari jalannya sendiri. 

Sementara, Gembala tinggal di pastoran, menunggu domba-domba datang. Keduanya, Gembala dan Domba terpisah; tidak tinggal lagi di dalam satu rumah Gereja Katolik Papua!

Apakah para Gembala sudah datang tinggal dengan kawan domba di dalam satu kandang/rumah Gereja Katolik Papua?

 

Saling "mencuci kaki" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun