Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan Balim dan Gerakan Menulis [Dari Kebun dan Noken ke Buku dan Pena]

19 Mei 2016   09:25 Diperbarui: 19 Mei 2016   09:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini, banyak perempuan Balim menempuh pendidikan di berbagai kota di Papua dan Indonesia. Artinya, secara fisik perempuan Balim tidak lagi secara langsung pergi ke kebun dan memikul noken. Perempuan Balim juga tidak lagi memelihara babi di kandang.

Kini, perempuan Balim berjuang meraih cita-cita dan masa depan melalui buku dan pena. Kalau di kampung perempuan pergi ke kebun pikul noken dan bawa kayu potong untuk menyiangi tanaman, maka sekarang perempuan Balim pergi ke sekolah atau kampus membawa buku dan pena. Setiap keluar dari rumah atau asrama menuju sekolah atau kampus pasti membawa buku dan pena. Buku dan pena menjadi alat dan sarana untuk menata hidup dan masa depan. Kalau di kampung, uang, makanan, minuman, dan lain sebagainya ada di dalam tanah. Saat ini, masa depan yang baik itu ada pada buku dan pena.

Apakah perempuan Balim sudah sungguh-sungguh memegang buku? Apakah perempuan Balim sudah sungguh-sungguh membaca buku? Apakah perempuan Balim sudah sungguh-sungguh memegang pena dan menulis? Kita bisa bertanya pada diri masing-masing. Kita tidak bisa menyangkal bahwa perempuan Balim sudah mulai lepas kebun dan noken di kepala. Ini fakta sosial yang sedang terjadi.

Apakah perempuan Balim setelah melepas kebun dan noken, mau memakai buku dan pena untuk berjuang demi masa depan orang Balim? Apakah perempuan Balim berani mentransformasi kebun dan noken ke dalam buku dan pena? Kalau di kampung perempuan Balim bekerja keras siang malam untuk menghidupi keluarga, mengapa pada saat menempuh pendidikan di kota perempuan Balim menjadi malas belajar, malas membaca, malas menulis dan malas-malas lainnya? Mengapa situasi ini terjadi? Apa yang sedang salah? Kita perlu mencari tahu dan mencarikan alternatifnya.

Perempuan Balim yang sedang belajar di kota harus kembali ke semangat dasarnya sebagai pembawa dan penerus kehidupan orang Balim. Caranya sederhana sekali, mulailah tekun belajar membaca buku-buku bermutu dan menulis kisah-kisah inspiratif untuk memberikan pencerahan bagi rakyat di negeri ini. Perempuan Balim harus menjadi motor dan penggerak perubahan di lembah Balim. Perempuan Balim harus menyiapkan generasi masa depan tanah Papua. Karena itu, sekali lagi perempuan Balim harus tekun membaca dan menulis.

Saat ini, kita sudah mulai meretas perjumpaan untuk secara serius belajar membaca dan menulis. Kita mau saling membuka diri dan mengingatkan untuk senantias membaca buku dan menulis. Kita berharap perempuan Balim bisa menjadi cahaya dan terang untuk rakyat di tanah ini yang sedang menderita dalam berbagai aspek kehidupan: pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, listrik dan lain sebagainya. Semua itu bisa berjalan kalau perempuan Balim kembali pada hakikat dirinya sebagai pengemban tugas membawa kehidupan bagi orang Balim.

Saya percaya di tangan perempuan Balim, gerakan menulis ini akan bertumbuh dan berbuah lebat. Sebagaimana perempuan Balim memelihara kebun dan merajut noken, demikian halnya kalian akan memelihara dan menumbuhkan semangat membaca dan menulis untuk masa depan Papua yang lebih baik.

Semoga alam semesta, para leluhur dan sang Pencipta merestui niat baik kita untuk menanam dan merawat benih-benih menulis di tanah ini. [Abepura, 19 Mei 2016; 09.27 WIT].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun