PENGANTAR
Cristianity and Symbolism terbit pertama kali pada tahun 1955. Arti simbol sangat penting, sungguh menarik. Hal ini rupanya diakui secara luas dewasa ini, namun, bagaimana simbol-simbol berpengaruh, dan bagaimana simbol-simbol muncul, dan bagaimana simbol-simbol kerap kali memudar artinya. Dapatkah kita sependapat tentang apa simbol itu, dan bagaimana simbol itu berfungsi? Dapatkah pengertian kita menjadi lebih tegas dan tepat?
Kesadaran batin atau alam bawah sadar individu-individu dan kelompok-kelompok tidak pernah terbuka untuk diperiksa. Kita tahu bentuk-bentuk simbolis muncul dalam kesadaran manusia. Kadang-kadang kelihatanya secara spontan. Namun kita bisa mempelajari bentuk-bentuk ini hanya dalam konteks mereka yang terbuka dan tidak langsung. Ungkapan simbolis merupakan jalan menuju kebebasan yang berdaya cipta. Akan tetapi, pengalaman manusia telah menunjukkan bahwa selalu ada bahaya sebuah sistem tatanan, suatu kerangka tanda-tanda yang tidak mendua, akan menjadi tujuan dalam dirinya sendiri untuk dipaksakan secara keras dan dijaga agar tidak menyimpang. Berbeda dengan semua bentuk totalitarianisme, simbol berarti keterbukaan, berarti menunjuk kepada kemungkinan-kemungkinan alternatif, berarti kesiapsiadaan untuk mengadakan percobaan dengan harapan akan memperoleh pemahaman yang lebih penuh tentang kenyataan (realitas). "Hidup yang menggunakan simbol-simbol berarti kebebasan sejati".
APAKAH SIMBOL ITU?
Di antara pelbagai pokok pembicaraan yang dipikirkan oleh para pemikir dan penulis dewasa ini bahwa simbol telah mempunyai dan masih tetap mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berikut pernyataan yang diberikan oleh seorang sosiolog ternama:
Kesatuan sebuah kelompok, seperti semua nilai budayanya, pasti diungkapkan dengan memakai simbol. Simbol sekaligus merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah sarana komunikasi, dan landasan pemahaman bersama. Setiap komunikasi, dengan bahasa atau sarana yang lain, menggunakan simbol-simbol. Masyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-simbol. Baru-baru ini, dalam bukunya, Culture and Communication, Edmund Leach memasukkan tanda dan isyarat (sinyal) sebagai operator dalam proses komunikasi; ketiganya merupakan "tindakan-tindakan ekspresif" entah hanya mengatakan sesuatu tentang tatanan dunia sebagaimana adanya, entah bermaksud untuk mengubah tatanan itu secara metaforis.Â
Operator-operator seperti isyarat, tanda, dan simbol, menurut Leach, bersifat atau deskriptif atau transformational.situasi yang jauh lebih kompleks timbul apabila bahasa simbol dan simbolisme digunakan, "simbol" dan "simbolis" telah menjadi istilah yang berkali-kali dan hampir  begitu saja digunakan dalam iklan, berita, pidato politik, prakiraan cuaca, dan analisis ekonomi juga dalam tulisan. Symbol of life yang terbit dalam the listener (4 April 1985) tepat sebelum paskah mengingatkan simbolisme paskah tradisional. Tetapi mengisyaratkan bahwa simbolisme ini sedang diungkapkan dengan cara yang baru, dan barang kali lebih kuat oleh perayaan-perayaan yang diadakan oleh pengunjuk rasa di pelbagai bagian dunia demi perdamaian. Istilah simbol telah menjadi sangat penting dalam filsafat, sosiologi, psikologi, dan dalam kesenian. Salah satu definisi yang termasyur dalam zaman modern diberikan oleh A. N. Whitehead dalam bukunya Symbolism, ia menulis:
Pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkap komponen yang terdahulu adalah "simbol" dan perangkat komponen yang kemudian membentuk "makna" simbol. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut referensi.
Goethe telah mengatakan bahwa dalam simbolisme sejati, yang khusus mengunkapkan yang universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup, dari yang tidak dapat diduga. Seperti misalnya oleh George MacDonal, yang putranya menulis tentang  "ujaran simbolis" berkata, "baginya sebuah simbol jauh melebihi tanda lahir dan terlihat yang arbitrer untuk sebuah konsepsi yang abstrak. Erwin Goodenough dalam telaahnnya yang panjang lebar, wish Symbols in Graeco-Roman Period, mendefinisikan simbol sebagai berikut: " Simbol adalah barang atau pola yang apa pun sebabnya, bekerja pada manusia, dan berpegaruh pada manusia, melebihi pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan itu. Sejauh menyangkut definisi kamus, rupanya ada kesepakatan umum bahwa sebuah simbol tidak berusaha untuk mengungkapkan keserupaan yang persis atau untukmendokumentasikan suatu keadaan yang setepatnya. Malahan, simbol ialah merangsang daya imajinasi, dengan menggunakan sugesti, asosiasi, dan relasi.
Bagi para penulis masing-masing ada pola hubungan rangkap tiga yang hendak saya kembangkan sebagai berikut. Sebuah simbol dapat dipandang sebagai:
- Sebuah kata atau barang atau objek atau tindakan atau peristia atau pola atau pribadi atau hal yang konkret.
- Yang mewakili atau menggambarkan atau mengisyaratkan atau menandakan atau menyelubungi atau menyampaikan atau menggugah atau mengungkapkan atau mengingatkan atau merujuk kepada atau berdir menggantikan atau mencorakkan atau menunjukkan atau berhubungan dengan atau bersesuaian dengan atau menerangi atau mengacu kepada atau mengambil bagian dalam atau menggelar kembali atau berkaitan dengan.
- Sesuatu yang lebih besar atau transenden atau tertinggi atau terakhir sebuah makna, realitas, suatu cita-cita, nilai, prestasi, kepercayaan, masyarakat, konsep, lembaga, dan suatu keadaan.