Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Berparas Cantik Itu Pergi Membawa Luka

23 Juni 2022   01:56 Diperbarui: 23 Juni 2022   04:22 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(sumber: www.indozone.id)

"Ada apa gerangan," gumanku dalam hati.

"Ah tidak peduli. Bukan urusanku juga," lanjutku dalam diam sambil menarik rokok kesukaanku dalam-dalam.

Wanita berparas ayu dengan tinggi semampai tersebut tertunduk  terdiam. Tangan kirinya mengangkat jaket menutupi wajahnya.

Dari balik jacket terdengar Wanita tersebut bicara di Handphone  sambil terisak-isak. Dia  seolah tak mampu menahan beban di hatinya.  Ia luapkan kekesalannya dengan menangis. Bakhan saking marahnya ia tak peduli dengan orang-orang sekitar.

"Lalu kenapa kamu lakukan itu kepada saya?. Saya siapa sebenarnya buat kamu!," ujarnya dengan nada tanya. Rupanya wanita tersebut tidak mendapatkan jawaban yang menyenangkan dari lawan bicaranya.

Kapal yang kami tumpangi mulai melaju cepat. Sementara putrinya asyik bermain didek yang cukup luas tersebut sambil menghabisi biskuit dari ibunya.


Saat itu secara tak sengaja saya duduk didekat kursi wanita tersebut. Posisi itu membuat saya mudah mendengar dan merekam semua kata-kata wanita tersebut.  Tetapi seolah saya tak dengar.

Dari pembicaraannya, rupanya wanita tersebut berbicara dengan suaminya. Dan kini wanita tersebut telah memutuskan untuk meninggalkannya.  Suamibyang dicintainya  dan menganugerahkan seorang putri kepadanya. Hanya saja mungkin kelakuan suaminya yang tak baik membuat dia iklas melepaskannya.

"Biar sudah!! Kamu lanjut saja dengan kehidupanmu. Kamu lanjut dengan dia dan saya akan pergi bersama putri saya," ujar wanita itu seraya dia  mematikan telepon genggamnya.

Tatapan wanita itu kosong. Sesekali ia menunduk sambil menghela nafas yang panjang. Malam itu langit tak berbintang. Samudera seputaran Pulau Sulawesi telah diliputi kegelapan.

"Bu sudah malam, ayo ke kamar tidur. Aku sudah ngantuk," ajak putrinya yang  tiba-tiba datang menghampirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun