"Ternyata tak panjang."
"Artinya kau tertarik padaku."
Aku nyaris tersedak demi mendengarnya.
"Aku tadi hanya menguji seberapa tertarik kau dengan omonganku. Tapi jangan kaget begitu, banyak kok orang yang tertarik padaku," ucap Ke ringan dan menyibak rambut merahnya lagi dengan sikap santai khasnya.
"Kau sendiri? Kenapa kesini tengah malam? Sendirian pula. Kutebak kau anak SMA. Biasanya anak seumuranmu suka pergi beramai-ramai."
"Memangnya kau bukan anak SMA?"
"Siapa bilang? Aku seumurmu. Dan kau belum jawab pertanyaanku."
"Aku ...," bingung sejenak harus menjawab apa, "sedang melarikan diri dari kenyataan. Dan kelihatannya aku harus kembali sekarang. Sampai jumpa."
"Oke. Datang lagi besok!"
Aku menyeberang jalan menuju hotel sambil tersenyum. Untung tidak ada motor. Kalau ada habislah nyawaku karena pikiranku sibuk melayang pada gadis tadi. Ke.
Aku memikirkan kemungkinan lain mengapa aku tadi mengajaknya mengobrol. Mungkin aku ditakdirkan mendapat teman baru. Mungkin dia adalah cinta baruku.
Atau mungkin ... dia ditakdirkan menjadi penyelamat hidupku.
Bersambung