Ambisi Telur Asin
Cerpen Yudha Adi Putra
Tentang motor GTR, menemani dan menemukan. Kemudian, tiap kegelisahan menjadi kemunculan. Doa begitu saja. Kenangan akan dituliskan perlahan. Tidur juga di kasurnya. Mengingat kembali langkah di seturan.
"Dulu rambutnya panjang. Kemiripan seperti mawang. Bangun pagi dan senang berdoa. Untuk mandi, entah jadi seperti apa nanti. Berdasarkan kepemilikan, semua jadi kenyataan," ujar Jarwo mengenang.
Beberapa hal sulit diceritakan. Tapi, kamar dengan penuh tawa akan menegangkan. Membuat banyak pilihan kata. Menopang kenangan yang memilukan.
"Dulu keluar masuk kamarnya bisa bebas. Tanpa tertekan, boleh tidur di kasurnya. Menukar malam dengan banyak doa serta hari esok beserta pilihannya. Tujuan hidup tetap sama, untuk lulus dan bebas dari tempat ini. Melanjutkan mimpi lain, entah menjadi seperti apa nantinya. Bentuk dari kamar asrama akan terekam, tak peduli ruangan yang gelap," kenang Jarwo menikmati hari.
Bersama asrama, berbentuk kepentingan lain. Jalanan dekat, penuh pesona dengan tawa. Kamar demi kamar berjajaran. Menukar daerah asal dengan kerendahan hati. Tidak hanya hidup bersama. Lebih dari hidup, tapi menghidupi. Berbagi perasaan, penuh pesona. Tanpa ketakutan, bisa menjadi pilihan.
"Ruang belajar menjadi bentuk lain dari kerinduan. Kemudian, muncul bersama itu ada beberapa catatan kehilangan. Tentang kain yang berdampak. Hilang dan tertukar itu sudah biasa, tapi harus tetap menikmati," kenang Jarwo tentang jemuran.
Semua memang boleh mencuci. Pertama, ada tempat dan kebersamaan itu ada. Hidup dengan kepentingan berbeda. Mencuci berarti menikmati waktu bersama. Menukar beberapa sebab dan kehilangan. Malam jadi cepat, begitu berbicara dan mengubah banyak luka. Tentang apa saja yang terjadi di atap, itu memukau.
"Bisa merasakan dingin tapi hati panas. Tapi, setiap rambatannya menopang banyak kepentingan. Ada cerita dan karsa yang dibangun perlahan. Tetap saja, setiap pertemuan itu menjadi hal biasa. Bukan hanya tentang gula, tapi semut yang berdatangan meminta makan," ujar Jarwo mengingat kembali jamuan minum teh. Kala malam tiba, semua menjadi penuh dengan kerinduan. Tidur dengan beberapa hal yang fana. Bisa berpindah ke mana saja.
***