Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Sunar dan Kepulangan

22 Mei 2023   07:18 Diperbarui: 22 Mei 2023   07:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Sunar dan Kepulangan

Cerpen Yudha Adi Putra

Perlawanan paling tampak dan mudah adalah terhadap kantuk. Kantuk terasa berat dan menyiksa. Mata pedih kala dibuka. Tak tahan menatap cahaya. Padahal, tiap hari berjumpa dengan cahaya. Cahaya matahari jadi tidak bersahabat lagi. Kantuk menjadi penderitaan. Bukan tanpa alasan. Tapi, semalam melewatkan dengan terjaga. Menatap penuh harap akan perubahan. Bergantian memberikan makna akan kejadian.

"Malam menjadi nyaman kalau terjaga. Membiarkan kenangan hidup dalam siang. Tidak bisa tidur menjadi tujuan. Itu impian sesungguhnya. Mimpi yang membuat tidur dengan mata terbuka. Berjuang melawan kata dan realita. Bukan hanya itu, perlahan mimpi memberi arti pada senyuman," ujar Jarwo.

Mengalami banyak cerita, Jarwo memilih untuk melawan kantuk. Perlahan dalam bentuk tawa, kantuk disapa. Tidak dibiarkan berlarut sampai jenuh. Kantuk dicuci dengan air mata perjuangan. Jarak hanya menjadi pohon. Bukan pembatas dan keinginan. Sementara itu, langkah demi langkah terjadi menyusuri hari. Menukar harapan dengan senyuman.

"Semoga saja kata semoga tetap hidup dalam langkah kehidupan kita," tulis Jarwo setelah pulang dari ribut dengan jalanan. Perjalanan memang menawarkan banyak perubahan, terkhusus perubahan cara pandang. Orang bisa saja melupakan, tak jarang makin mengingat perjuangan. Tiap langkah akan bermunculan dengan tawa dan tangis.

"Dua hal yang berbeda itu seperti kue. Tidak semua memakannya, bisa juga merasakan kesepian karena tak berjumpa. Bukan tentang cinta saja, tapi cita-cita yang harus diwujudkan. Menyalakan kembali lampu belajar dan melanjutkan belajar. Membaca, entah apa dan menulis seperti apa. Pasti itu nanti membawa manfaat. Lampu hanya harapan. Langkah dan tindakan untuk mengerjakan itulah yang merawat harapan.

"Pulang akan jalan kaki. Menyusuri pertahaan dan berjumpa dengan impian. Pemelihara burung dengan pertemuan. Menjumpai setiap pokok doa dengan perlahan. Semoga, kita hidup dalam kebaikan. Menemukan kesenangan dari penderitaan, bukan mengeluh dan mengumpati keadaan," ujar Jarwo.

Kini, Senin telah tiba. Hari di mana banyak perjalanan dan kehidupan diawali. Harapan disusun siap untuk dibakar bersama kenyataan. Pembakaran itu tak memerlukan tenaga. Ia hanya perlu senyuman secukupnya. Melakukan hari demi hari dengan penuh cinta. Bukan pada hasil, tapi menikmati tiap proses untuk jatuh dan berdiri lagi.

Perlahan, tiap kata menjadi hidup. Tidak menemukan sunyi saja, tapi riak atas persoalan. Kelak, dari apa yang diharapkan bisa muncul perjalanan semu. Tidak semua merasakan senang, bisa jadi berdampak pada perasaan.

"Pulang dan keinginan untuk bertemu bisa saja berubah. Mereka seperti potongan harapan. Tertulis dan dinikmati sebelum pulang. Tanpa gangguan, itu nikmat sekali. Bebas menentukan sekaligus bertanggung jawab pada tiap pilihan," ujar Jarwo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun