Mohon tunggu...
Perdhana Ari Sudewo
Perdhana Ari Sudewo Mohon Tunggu... Pemulung Ilmu

Pemulung ilmu yang punya hobi menulis, berharap dapat terus belajar dan berbagi melalui ide, gagasan, dan tulisan. Pernah belajar Psikologi dan Administrasi Bisnis waktu di Kampus, dan saat ini berupaya menemukan aplikasi ilmu tersebut dalam kehidupan nyata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehidupan di Negeri Skizofrenia

15 Juni 2025   04:02 Diperbarui: 15 Juni 2025   04:02 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dikreasikan oleh AI

Negeri Religius Tanpa Rasa Takut pada Tuhan

Kita bangga menyebut negeri ini religius. Sila pertama kita, Ketuhanan Yang Maha Esa. Hampir semua warga mencantumkan agama di KTP. Tapi, apakah itu cukup?

Jika kita benar-benar beragama, mengapa korupsi merajalela? Mengapa pembunuhan terjadi setiap hari? Mengapa narkoba dan seks bebas seperti tak bisa dikendalikan? Bukankah semua agama melarang itu?

Agama di negeri ini tampaknya telah menjadi identitas administratif. Simbol yang dipakai saat kampanye. Slogan yang dilantunkan saat krisis. Tapi tak benar-benar hidup dalam keseharian kita.

Kita seolah menjalankan ritual, tapi kehilangan spiritual. Kita taat secara formal, tapi lalai secara moral.

Aku Pun Ternyata Bagian dari Masalah Itu

Tulisan ini bukan penghakiman. Setelah mendalami jalan-jalan kesunyian dalam kesendirian, ternyata saya pun bisa jadi menjadi bagian dari itu semua. Mungkin saya juga sedang mengalami "skizofrenia jiwa", tahu apa yang seharusnya kulakukan, tapi tak sanggup melakukannya. Ingin berubah, tapi tertahan oleh kebiasaan. Ingin hidup lebih benar, tapi dikalahkan oleh kemalasan dan rasa takut.

Kesadaran itu muncul, tapi tak pernah menjelma jadi tindakan.

Zaman saat ini ini membuat semuanya bising dan gaduh, sampai kita tidak bisa mendengarkan suara-suara jernih yang mengingatkan kita akan sikap, perilaku, maupun perkataan kita. Kita sibuk berbicara, tapi malas mendengarkan. Kita sibuk menunjukkan diri, tapi lupa mengenali diri. Kita tahu segalanya, tetapi ternyata kita tidak paham siapa diri kita sebenarnya.

Maka, pertanyaan itu pun muncul kembali, "Apa sebenarnya makna kehidupan ini?" Pertanyaan yang terdengar sederhana, tetapi selalu membuatku terdiam, karena tidak tahu jawabannya apa sampai saat ini.

Jalan Sunyi yang Belum Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun