Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa hidup tak pernah menunggu kita untuk berjalan. Seperti kereta yang terus melaju di atas relnya, ia akan tetap berjalan, dengan atau tanpa kita di dalamnya. Siang tetap datang menggantikan malam, waktu terus berganti, dan dunia terus bergerak. Dalam gerak yang konstan ini, kita diberikan peran sementara dalam hidup ini. Bisa jadi kita diberikan kepercayaan untuk mengemban amanah, memikul tanggung jawab, dan menjalani skenario yang tidak selalu bisa kita pilih sejak awal. Tapi justru di situlah letak kekuatan manusia, bukan dalam mengatur semua yang terjadi, tetapi dalam memilih bagaimana menyikapinya.
Kita tidak bisa mengendalikan datangnya ujian, perubahan, atau kesulitan dalam hidup kita. Tapi kita bisa memilih, tetap berjalan atau menyerah. Kita bisa memilih untuk terus bersyukur saat satu tanggung jawab selesai, dan menyiapkan diri untuk tanggung jawab berikutnya. Karena hidup bukan soal mencari garis akhir, tetapi tentang keberanian untuk terus melangkah di jalan yang kadang tidak kita mengerti. Tidak ada puncak dari masalah hidup, yang ada hanyalah fase demi fase yang harus dilewati dengan sabar dan ikhlas. Puncak kehidupan bukanlah saat semuanya lancar, tetapi saat kita bisa tetap berdiri teguh meski diterpa ujian. Dan ujung dari semua perjalanan ini hanyalah satu, kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan jika waktu kita sudah berakhir dalam hidup ini. Itulah pintu menuju kehidupan yang lebih abadi.
Sering kali kita lupa bahwa bukan kehidupan yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan kehidupan untuk menjadi manusia seutuhnya. Saat kita memilih untuk diam, menunda, atau hanya mengeluh, hidup tetap berjalan. Ia tak menunggu siapa pun. Maka satu-satunya waktu yang kita miliki dengan pasti adalah "saat ini". Bukan kemarin yang sudah berlalu, bukan pula esok yang belum tentu datang. Maka, menghadirkan kesadaran penuh di hari ini adalah langkah awal untuk hidup yang lebih bermakna.
Apa yang kita nikmati hari ini adalah buah dari pilihan dan tindakan di masa lalu. Dan apa yang akan kita alami esok adalah hasil dari keputusan yang kita ambil hari ini. Dalam ilmu psikologi, ini disebut sebagai prinsip tanggung jawab personal. Tidak semua keinginan akan tercapai, tetapi ikhtiar dan doa adalah jalan kita menuju takdir terbaik. Allah tidak menilai hasil, tapi menghargai usaha yang tulus. Dalam hamparan makna kehidupan, bahkan doa yang tak langsung dikabulkan bukan berarti ditolak, melainkan ditunda untuk waktu dan cara yang lebih baik. Maka tetaplah berusaha, tetaplah berharap, karena dalam proses itulah kita sedang dididik, diasuh, dan didewasakan oleh kehidupan.
Tantangan, godaan, dan lelah adalah bagian dari kehidupan, sepaket dan tidak terpisahkan. Tetapi sekali lagi, bagaimana kita menyikapinya adalah pilihan. Kita bisa tenggelam dalam kelelahan, atau belajar untuk beristirahat dan bangkit kembali. Kita bisa menyerah pada godaan, atau menguatkan komitmen untuk tetap setia pada nilai yang kita yakini. Kita bisa iri dengan apa yang dimiliki orang lain, atau bersyukur atas apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Pilihan-pilihan itu kecil, tapi sangat menentukan arah hidup kita.
Dalam kehidupan yang dipenuhi media sosial dewasa ini, ilusi kebahagiaan dan kesuksesan orang lain sering kali membuat kita merasa tertinggal. Tetapi ada catatan yang haris kita sadari, hidup orang lain bukanlah tolok ukur hidup kita. Setiap manusia telah ditetapkan garis orbitnya sendiri. Kita tidak bisa menyerahkan arah hidup kita kepada orang lain, apalagi membiarkan mereka menentukan apa yang seharusnya membuat kita bahagia. Pilihan hidup ada di tangan kita, dan tanggung jawab atasnya tidak bisa diwakilkan.
Jalan hidup tidak akan selalu lurus. Akan ada tanjakan, tikungan tajam, bahkan jalan berlubang yang membuat kita terguncang. Tapi justru dari situ, kita belajar bagaimana memperbaiki "kendaraan" kita. Kita belajar untuk memperkuat hati, memperdalam iman, memperbaiki niat. Bukan jalannya yang menentukan akhir, tapi kesiapan kita untuk terus memperbaiki diri dan melangkah dengan sadar.
Pada akhirnya, bukan dunia yang akan menentukan nilai kita, bukan juga orang lain yang akan mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Allah SWT. Kita sendirilah yang akan berdiri, menjawab, dan mempertanggungjawabkan semua pilihan yang kita buat. Maka, pilihlah dengan sadar, jalani dengan tanggung jawab, dan lengkapi dengan ikhlas. Karena hidup ini memang bukan tentang sempurna, tapi tentang terus memilih menjadi lebih baik setiap hari, meski perlahan, asal tetap berjalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI