Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nggak Afdhol Jadi Penulis kalau Nggak Kenal HTR (Helvy Tiana Rosa)

18 Desember 2013   18:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13873647631018175153

Nggak AfdholJadi Penulis Kalau Nggak Kenal HTR (Helvy Tiana Rosa)

[caption id="attachment_309672" align="aligncenter" width="366" caption="slideshare.net"][/caption]

Menuntut ilmu adalah ibadah....” (HR. Ibnu Abdil Barr)

Menjadi penulis adalah impian bagi semua orang yang ingin berjuang di jalan bil qalam sekaligus memiliki predikat mujahid pena. Tentu semuanya meinginkannya, bukan? Ingin hal itu tercapai pada setiap individu masing-masing yang mau berkiprah di dunia literasi dan menulis.

Halnya, aku! Entah, aku disebut penulis atau tidak namun hal itu tak penting! Karena bagiku hidup selalu berdampingan dengan buku dan membaca itu sudah kulakukan sejak aku masih duduk di bangku SD. Berseragam putih-merah saat itu. Walau kutahu aku tidak pernah dibelikan buku-buku bacaan oleh Ayah-Ibuku karena kondisi keuangan saat itu.

Tapi aku tak pernah menyerah dengan sikon seperti itu. Namun aku malah bergerak sendiri. Apa pun bentuk bacaannya pasti aku baca tak kecuali bungkus cabe kujadikan sasaran. Aku lahap semua jika itu berbentuk aksara. Hingga akhirnya aku saat ini mendapatkan manfaatnya. Bisa membaca dan menulis. Itu yang aku rasakan!

Lagi-lagi yang kutekankan maksud menulis di sini adalah bagaimana menulis yang baik dan sempurna sesuai EyD dan alur yang teratur untuk dituliskan ke dalam bentuk cerita atau kisah. Kalau soal perkara menulis tentu semua orang pun bisa menulis. Tapi bagaimana menulis yang baik dan sempurna sesuai EyD dan alur yang teratur untuk dituliskan ke dalam bentuk cerita atau kisah itu perlu dipelajari! Walau dalam hal ini aku harus banyak belajar, belajat dan belajar sekaligus mengikuti berbagai pelatihan, workshop maupun bergabung di komunitas penulisan. Itu yang aku lakukan.

Dan tak bisa dipungkiri. Dari sanalah aku mendapatkan ilmu tulis menulis dengan baik. Bukan asal nulis seperti orang bercurhat colongan maupun menumpahkan kegalauan sematatanpa manfaat dan guna. Itu yang aku tak inginkan. Karena apa yang aku tulis ingin bisa berguna dan bermanfaat bagi orang banyak tentunya dan pembaca tanpa melihat aku sebagai penulisnya! Itu yang tak aku inginkan. Dan itulah aku....

HTR (Helvy Tiana Rosa) dan FLP (Forum Lingkar Pena) yang mendunia itu

Begitulah kenyataannya. Apa yang dilakukan oleh Helvy Tiana Rosa a.k.a HTR tidak ada FLP jika Helvy Tiana Rosa tidak mendirikan forum komunitas ini sebagai penggagas dan pendirinya. Akhirnya pada tanggal, 22 Februari 1997 berdirilah Forum Lingkar Pena ini. Forum komunitas penulisan yang—menjadi ketuanya saat itu Helvy Tiana Rosa sendiri walau ada teman seperjuangannya seperti Muthmainnah dan adiknya Asma Nadia dalam mendirikan forum komunitas tersebut.

Hingga tanpa dinyana forum komunitas ini jadi fenomenal di tahun 1997 sebagai organisasi yang begitu realitif singkat tapi sudah memiliki berbagai cabang di hampir di nusantara dan manaca negara. Bisa merekrut anggota 5000 orangyang hampir 70% keanggotaannya berjenis kelamin perempuan saat itu. Tak salah jika ada anekdot bilang forum komunitas FLP sebagai Forum Lingkar Perempuan, dan itulah kenyataannya. Namun, toh laki-lakinya juga tidak sedikit yang mengikuti hingga menjadi anggotanya.

Tidak sampai di situ perjuangan HTR, Muthmainah dan Asma Nadia kini komunitas tersebut mendapatkan banyak pujian dari beberapa sastrawan, budayawan maupun surat kabar. Salah satunya dari penyair kondang, Taufik Ismail beliau berkata,” Forum Lingkar Pena sangat fenomenal . FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia.”

Lain hal dengan surat kabar Tempo berkomentar mengenal FLP,” Forum Lingkar Pena itu? Sebuah Pabrik Penulis Cerita.

Jadi tidak salahkan jika aku menuliskan tentang seorang Helvy Tiana Rosa yang aku rasakan dan pernah kualami terlebih mengenai karya-karyanya.

Pertemuan Saya dan HTR (Helvy Tiana Rosa)

Saya mengenal sastrawan berhijab ini seringkali bertemu dengannya. Setiap ada ajang diskusi sastra dan pelatihan penulisan yang digagas oleh adiknya yang sama-sama  penulis saya selalu bertemu dengan keduanya. Bahkan keseringan ketemu dengan mereka saya pun tak enak pula juga. Karena penggemarnya dan penganggum saya melulu selalu ada di sana.

Hal yang paling mengesankan saat itu ketika saya bisa mendapatkan ilmu dunia penulisan dan literasi di  medio, 2-3 Mei 2009 tepatnya di ruang PDS HB. Jassin, Cikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.  Saat itu dalam suasana "Workshop Menulis Nasional-Bersama Penulis Best Seller" saya sangat senang sekali dan bangga mendapatkan ilmu dari beliau (baca: HTR) yang merupakan salah satu pemateri/mentor dalam workshop yang diselenggarakan oleh Asma Nadia, adiknya yang juga sama-sama sebagai pemateri/mentor. Di sana saya bukan hanya mendapatkan ilmu dunia tulis-menulis dan literasi saja melainkan juga ada ajang sharing serta bersenda gurau dan berfoto bersama. Sayangnya, moment itu tidak diabadikan oleh saya hanya dipoto pihak paniti penyelenggara seusai acara.

Namun, sayangnya saat saya menulis tulisan ini sudah tiga-empat tahun saya belum bertemu dan jumpa dengan mereka kembali. Karena sesuatu yang membuat saya sempat  membenci dunia tulis menulis dan literasi bahkan ingin menggatungkan pena!

Tapi sudahlah tidak perlu dibicarakan hal itu di artikel saya. Apalagi saya sedang tidak sehat jasmani, kesehatan saya sedang memburuk akhir-akhir ini. Mungkin dengan menulis saya jadikan sebagai obat untuk mengenangya masa-masa indah saya yang dulu selalu aktif didalam kegiatan keduniaan sastra, dunia tulis menulis dan literasi.

Itu saja yang saya ungkapankan melalui tulisan ini tentang penulis cerpen Ketika Mas Gagah Pergi yang merupakan salah satu cerpen remaja Islami yang ditulis Helvy pada tahun 1997 yang dipublish di Majalah Annida. Cerpen dimana menjadi banyak pembicaraan dari kalangan sastrawan dan pula sebagai pendobrak cerpen Islami yang booming pertama kali di ranah percerpenandi Indonesia saat itu.

Semoga tulisan saya ini bermanfa'at dan menambah cakrawala Anda untuk mencintai dunia tulis menulis dan literasi lebih jauh. Semangat menulis.[]

Diruangtanpamatadantelinga,18122013

-Berkomentarlah dengan bijak! Setelah itu voted “Inspiratif”-

-Menulis sepanjang hayat-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun