Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi: Mainkan Interpretasimu!

26 Juli 2020   13:35 Diperbarui: 26 Juli 2020   15:15 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat saat Dalem Boncel disisihkan di sebuah bekas kandang kuda dan menderita sakit sampai akhir hayatnya dengan tangan dan kaki terikat? Ini semata-mata interpretasi saya atas peristiwa dramatis yang dialami secara tragis oleh Boncel. Aslinya almarhum ayah saya tidak bercerita seperti itu, ia hanya menceritakan bahwa Boncel meninggal setelah menderita penyakit "kesrek" (penyakit kulit) yang tidak ada obatnya.

Pun kalau mau, saya bisa menciptakan konflik antara Asep Onon dengan Boncel yang memperebutkan si cantik Clara, misalnya, saya bisa saja menulis Asep Onon terusir dari kabupatian karena ayahnya, Tuan Bupati, justru membela dan menyetujui pernikahan Boncel dan Clara. Menarik, bukan?

Bukan bermaksud mengecilkan jasa almarhum ayah saya yang sudah berhasil menghanyutkan saya dalam cerita yang disampaikannya sehingga saya menangis sesenggukan saat mendengar cerita Boncel dulu, tetapi jika direkonstruksi dan diterjemahkan ke dalam subuah film, niscaya interpretasi saya atas Si Boncel jauh lebih kaya, lengkap dan hidup.

Ah, itu cuma perasaan saya saja barangkali.

- Kang, jadi interpretasi itu juga berlaku saat menulis biografi, ya?
+ Benar, sebagaimana wartawan menginterpretasikan sebuah laporan yang ditulisnya, dikenal dengan istilah "Interpretative Reporting".

- Apa saja yang bisa ditafsirkan untuk penulisan sebuah biografi?
+ Banyak, antara lain saat narasumber menceritakan suatu peristiwa, menggambarkan karakter seseorang atau dirinya, menceritakan adegan tertentu yang dramatis, atau ucapan yang spesifik. Semua bebas penafsiran, bebas tafsir, yang penting terhindar dari jebakan anakronisme.

- Duh, apalagi itu jebakan anakronisme?
+ Lain kali saya jelaskan, tetapi saya harus akhiri penjelasannya sampai di sini karena kopinya sudah habis.

- Apa perlu kuseduhkan secangkir lagi, Kang?
+ Tidak perlu, kopimu terlalu manis!

PEPIH NUGRAHA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun