Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi Dasar, Bagaimana Memulainya?

14 Juli 2020   14:07 Diperbarui: 14 Juli 2020   23:02 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustasi seorang sosok inspiratif. (sumber: KOMPAS)

Tanpa saya sadari, selama bekerja sebagai 26 jurnalis di Harian Kompas sebelum pensiun dini, saya banyak menulis biografi di Rubrik Sosok. Jumlahnya puluhan, tapi tidak sampai seratus.

Saat baru diterjunkan di lapangan dari pelatihan jurnalistik selama setahun, saya menulis sosok -sebutlah biografi singkat- tentang mantan petugas peniup peluit di Stasiun Sudimara saat terjadi kecelakaan maut tabrakan frontal antardua gerbong kereta api, yang menewaskan 150 orang di tahun 1987. Saya masih ingat judul sosok itu "Djamhari Kena Vonis Dua Kali".

Desk yang wajib ditempuh setiap jurnalis adalah "Desk Metro". Ini sesungguhnya desk yang paling menantang, karena basic cerita rakyat atau warga ada di sini. Pak Luwi, guru kami, menyebutnya "city story", apapun kisah kota dan manusia penghuninya. Semua kisah yang tersaji tidak terlalu penting, tapi menarik.

Oleh editor desk metro, saya diplonco setiap malam harus mengecek kamar mayat di RSCM, wajib melapor siapa dan berapa mayat yang baru masuk.

Sosok Djamhari saya ketahui berdasarkan info dari adiknya saat saya mewawancarainya. "Bagusnya Mas tulis itu nasib kakak saya, Djamhari, sudah ditahan karena dianggap salah, dipecat pula PJKA tanpa pesangon dan uang pensiun," katanya.

Singkat cerita, sosok Djamhari dimuat di Harian Kompas. Senengnya bukan main, sebab saya anggap itulah biografi pertama tulisan yang bisa dimuat. 

Saat pelatihan "in house" Kompas, saya menulis sosok gitaris Spanyol Andres Segovia, yang saat itu memasuki usianya yang ke-70. Karena masih latihan di ruang kelas, tentu saja tidak dimuat di Kompas.

- Kang, bagaimana kiat atau cara menuilis biografi itu? Bukankah ada banyak orang di dunia ini? Siapa yang layak saya tulis dan bagaimana memulainya?

+ Begini, Dek, sifat dasar manusia sebagai manusia (human being) adalah mengetahui dan mengenal sesamanya, bukan? Nah, itu dari sisi pembaca. Kepentinganmu menulis adalah bagaimana memuaskan pembacamu itu, bukan?

- Apa maksudnya, Kang?

+ Sebagai manusia, Adek ini ingin lebih mengenal manusia atau simpanse, sih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun