Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pekerjaan Baru itu Bernama "Mobile Receptionist"

10 Oktober 2017   22:42 Diperbarui: 11 Oktober 2017   07:28 2660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tidak banyak waktu saya setiba di hotel Pavilion yang terletak di Futian Qu, Shenzhen. Ini hotel bertarif lebih dari Rp2 juta semalam, berbentuk seperti tower kembar yang menjulang ke langit. Saya menempati salah satu kamar di lantai 17 di mana pemandangan tertuju langsung ke Huaqiang Bei Lu (road) yang ramai di bawah sana. Buah-buahan segar menyambut saya di tengah meja kecil; anggur hijau, pir dan apel yang siap santap.

Di depan teras kamar Pavilion yang sengaja saya buka, saya berhadapan dengan apartemen dan perkantoran yang menjulang tinggi, berharap bisa saling menatap dengan salah satu perempuan Tiongkok berkulit langsat di sana, sebagaimana yang pernah saya baca dalam buku cerita.

Kebiasaan saya adalah mandi sesering mungkin selagi bisa, apalagi perjalanan Jakarta-Hongkong memakan waktu 4 jam, belum lagi harus ke luar rumah pagi hari untuk menuju Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Keringat empat musim yang kurang sedap sudah tercium oleh diri sendiri, khawatir tercium oleh orang lain juga. Saya cuma mau bilang, saya mengguyur tubuh dengan air hangat yang memancar dari showersebelum menuju lantai 2. Di sana ada Restoran Jepang "Hokkaido".

Oh, gadis Tiongkok itu sudah menunggu di sana!

Baiklah, sebelum saya bercerita banyak mengenai "4 Pendekar Tiongkok Yang Menggetarkan Dunia ICT" yang serius atau produk-produk Huawei yang beragam dan tidak sebatas gawai, saya akan bercerita mengenai seorang gadis bernama Kris. Ia gadis Tiongkok yang tadi menyambut di lobi hotel dan memperkenalkan diri. Saya mendengar ia menyebut dirinya "Grace", tetapi belakangan saya tahu panggilan yang benar adalah "Kris".

Saat bertukar kartu nama, saya meminta ia menulis nama Tiongkok-nya. Ia pun menulis "Cao Lang". Kini perempuan itu duduk di seberang meja, sederet dengan wartawan Tribunnews, Mas Choirul. Yunny Christine dari Huawei Indonesia menjelaskan bahwa pekerjaan Kris atau Cao Lang adalah "Mobile Receptionist", sebuah desk baru di Huawei. Wow!

Istilah "mobile" yang disematkan pada kata "receptionist" ini saja sudah menggelitik keingintahuan saya yang besar. Saya ingin memperdalam Cao Lang dengan pekerjaannya itu. Di bawah nama pada kartu namanya tertulis jabatan "Customer Relationship Manager International Conference Center", nomenklatur yang panjang dan rumit, sepanjang rambut Kris yang legam mengkilat itu mungkin.

Pikiran saya terkunci pada anggapan bahwa di mana mana yang namanya receptionist ya duduk di belakang meja atau counter, saat tamu datang lalu berdiri, menghormati dan menyapa tamu tentang apa keperluannya. Lha kalau "mobile receptionist" sesuai namanya, dia tentulah bergerak ke sana ke mari, seperti Kris yang menjemput saya dan teman-teman, memesankan tempat duduk di restoran, menawarkan menu makanan, sampai nanti membayar makanan.

"Apa memang begitu tugasnya?" tanya saya kepada Yunny yang langsung dijawabnya, "Kira-kira seperti itulah. Tapi sesungguhnya, lebih dari sekadar itu."

Mari pandangan sejenak kita arahkan pada Cao Lang alias Kris yang duduk di seberang meja saya, seorang perempuan Tiongkok berusia 23 tahun dengan tinggi badan 175 centimeter, demikian pengakuannya kemudian. Ketika saya tanya dalam Inggris di mana ia menyelesaikan kuliahnya, ia menjawab, "Sekolah bisnis di Montpellier, Perancis."

Ahhhaaaa... ini dia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun