Sebenarnya yang kukhawatirkan yakni kontakku ini diminta oleh rekan dia.Â
Siang berlalu, setelah acara selesai aku kembali ke rumah. Aku buka HP ternyata ada pesan dari kontak yang tak kukenal, saat kulihat profil disitu tercantum nama dia. Aku tutup HP ku tanpa aku membalasnya, apa yang harus aku lakukan.Â
Tak lama setelah itu aku berusaha menenangkan hatiku, mencoba menjawab chatnya satu persatu. Ya, itu benar dia, dia masih seperti dulu, hanya saja badannya sekarang sangat gemuk.
Pagi hari, saat aku sudah berada di kantor, dia berusaha kembali menghubungiku, memastikan kalau aku mau diajak chat oleh dia. Aku berusaha mencairkan suasana dengan banyak memberi emoji ketawa.Â
Sampai akhirnya dia bertanya kapan sekiranya bisa bertemu aku. Akhirnya kami janji untuk bertemu di suatu waktu, karena aku yakin dengan perasaanku bahwa aku akan baik-baik saja, makanya aku mau bertemu dengannya.
Empat malam berlalu dan aku ternyata tidak bisa tidur, aku melewati malam dengan bimbang, hingga pada malam yang terakhir sebelum aku bertemu dia, aku berusaha menghubungi sepupuku untuk mencurahkan kebimbanganku ini.Â
Esoknya aku akan ketemu dia dan aku harus bisa menenangkan hatiku bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
Siang ini aku ke kampus, dan aku sudah janji lepas ini akan bertemu dia, aku belum lagi beli makan siang namun gerimis sudah turun.Â
Tak lama dia pun chat  dan menanyakan keberadaanku, akhirnya kami ketemu, tidak banyak yang kami obrolkan, tapi malah kami saling bersikukuh dengan pendapat masing-masing tentang mengapa kami dulu terpisah.
 Kami dulu sepasang kekasih, kami terpisah oleh keadaan yang kami tidak tahu mengapa, yang pasti dia berlalu begitu saja tanpa jejak, tanpa meninggalkan pesan.Â
Aku teramat sangat kehilangan dia, rasa kehilangan yang berkepanjangan yang membuatku selalu menangis ketika aku mengingatnya. Air mata ini tak mau bersahabat saat aku mendengar lagu "Gambaran Cinta",Â