Mohon tunggu...
Penny Lumbanraja
Penny Lumbanraja Mohon Tunggu... Lainnya - A girl who love vegetables and fruits. Bataknese.

Warga biasa yang belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Laut Indonesia Darurat Sampah, Kita Harus Bagaimana?

29 Juli 2019   13:40 Diperbarui: 29 Juli 2019   13:50 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selain itu, sampah plastik tidak mudah terurai.  Sampah plastik baru dapat terurai puluhan hingga ratusan juta tahun, bahkan ada beberapa plastik yang tidak akan pernah terurai. Jika tidak dikelola di TPA atau didaur ulang, tentu akan merusak ekosistem. Sampah plastik yang tidak dikelola ini biasanya tertimbun di tanah, atau ikut mengalir ke lautan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya sampah plastik yang tidak dikelola. Pertama, terkait sistem yang tidak memadai untuk proses pengumpulan sampah. Proses ini hanya dilakukan para pemulung di jalanan, atau petugas kebersihan yang mengangkat sampah-sampah dari tiap rumah tangga dengan menggunakan truk. Pengumpulan sampah dengan cara ini belum bisa menjangkau semua sampah. Ada 400 kabupaten di Indonesia yang tidak semuanya dilengkapi dengan truk sampah.

Kedua, budaya masyarakat yang memprihatinkan, membuang sampah sembarangan secara langsung ke laut atau sungai. Kebiasaan masyarakat Indonesia itu sendirilah yang semakin memperparah alam. Sampah tak terurai ini tidak masuk ke dalam proses pengumpulan yang dilakukan para pemulung maupun petugas kebersihan, dan akhirnya mengotori ekosistem alam.

Ketiga, keterbatasan anggaran pemerintah. Di sisi lain, masyarakat tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Indonesia mempunyai banyak hambatan untuk infrastruktur pelayanan sampah. Masyarakat seringkali membuang sampah sembarangan karena tidak adanya tempat pengumpulan sampah atau TPA khusus di sekitar tempat tinggalnya. Inilah yang menimbulkan perilaku masyarakat yang bingung untuk membuang sampahnya.

Selain itu, kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya peningkatan pelayanan sampah di beberapa kabupaten yang tidak di fasilitasi infrastruktur pelayanan sampah.

Solusi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia, berdasarkan proyeksi penduduk, akan meningkat menjadi 271,07 juta jiwa pada 2020 dari 238,52 juta jiwa pada 2010. Peningkatan yang signifikan ini sebesar 14 persen. Peningkatan jumlah penduduk ini tentu akan berpengaruh pada lingkungan, salah satunya penyebabnya adalah sampah.

Semakin bertambah jumlah penduduk, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Semakin banyak sampah yang dihasilkan, berarti semakin banyak pula anggaran pemerintah yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sampah masyarakatnya. Lalu apa tindakannya?

Pertama, sampah dapat dicampurkan dengan aspal untuk pembangunan infrastruktur jalan. Rasionya adalah 1:9. Aspal campuran yang dimaksud terdiri dari 10 persen sampah plastik dan 90 persen aspal murni. Biaya produksinya menjadi lebih hemat hingga 8 persen dengan tanpa mengurangi kualitas aspal itu sendiri. Cara ini telah diadaptasi dari India dan telah diujicobakan di Bali.

Kedua, pemerintah mulai melakukan Pencanangan Pembangunan Fasilitas Pengolahan Sampah di Dalam Kota yaitu ITF (Intermediate Treatment Facility). Dikutip dari sebuah opini dalam harian Analisa. Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) telah mensahkan Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Hal ini tertulis pada Perpres 35/2018.

Proses percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah (PLTSa) tersebut harus ditidak secara serius oleh seluruh pemerintah daerah. Terkhusus bagi daerah-daerah penghasil sampah terbesar di Indonesia. Cara ini sudah diadaptasi oleh negara Amerika Serikat dan Denmark. Penggalakan sistem ini berhasil memanfaatkan lebih dari 80 persen volume sampah untuk menghasilkan suatu energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun