Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sumatera Utara, Provinsi Dengan Penduduk Terbanyak Bermimpi?

23 Mei 2016   10:39 Diperbarui: 23 Mei 2016   11:45 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:warungkopiplus.blogspot.com

Memang bedanya jauh dengan gubernur Sumatera. Walaupun demikian, ada juga orang yang  mengatakan, tentu DKI dan Sumut tidak bisa disamakan, di Sumut ada banyak daerah otonom yang menjadi urusan Bupati dan Walikota, tidak seperti DKI yang kesemuanya ada di tangan Gubernur Ahok. Namun, apapun itu setidaknya gubernur tanggap dan peduli dengan keluhan warga, tidak dengan membiarkannya ditangani sendiri oleh kepala daerah tingkat II.  Gubernur tentu bisa berkoordinasi dengan bupati atau walikota, dan juga ada banyak hal yang urusan dan tanggung-jawabnya ada di level Provinsi sehingga Gubernur semestinya bisa berbuat banyak.

“Nasib, nasib! Bisa-bisanyalah Sumut ini dua periode dapat gubernur nggak kayak Pak Ahok.” Demikian Pak Jepta Pelawi, warga Desa Saentis, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara menyampaikan keluhannya masih dalm keadaan bermimpi.
Hal ini berkaitan dengan kekecewaan Pak Jepta Pelawi beserta warga atas kehadiran PT. Permata Hijau Palm Oleo di pemukiman masyarakat,di wilayah Kawasan Industri Medan II yang dikelola oleh PT. (Persero) Kawasan Industri Medan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah Kota Medan 10%, dan sisanya Pemerintah Pusat.

Sejak kehadiran perusahaan ini, warga di sekitar perusahaan, hidupnya menjadi “terganggu” oleh aktivitas perusahaan. Informasi detail bisa dilihat di laman Bapak Jepta Pelawi di https: //www.facebook.com/jepta.pelawi 

Dari awal pengerjaan proyek ini saja sudah menelan korban, Marthin (10 th) anak Dusun XIX Desa Saentis yang mati tercebur ke dalam galian PT. PHPO yang tidak diberi tanda-tanda bahaya dan pengamanan. Kemudian saat pengerjaan penimbunan lahan, pemancangan "paku bumi" yang membuat getaran dan tidak sedikit rumah warga yang retak, penyedotan air tanah yang sangat besar oleh perusahaan sudah membuat sumur masyarakat kering kerontang dan terpaksa harus membeli air jerigen. Hingga tahap uji coba mesin yang tanpa dipasangi peredam, benar-benar membuat bising dan sangat mengganggu kehidupan warga sekitar. 

Entah sudah ke mana saja mereka mengadukan persoalan mereka, namun hingga saat ini belum ada kejelasan. Sementara, bupati dan gubernur seakan tidak tahu-menahu apa yang sedang mereka alami. "Andai gubernur kami adalah Pak Ahok.” Demikian Jepta Pelawi, masih dalam kondisi bermimpi, mengutarakan kekecewaannya.

Ada benarnya Pak Jepta Pelawi ini, andai sebelumnya parpol mengusung Pak Ahok jadi Gubsu, tentulah mereka tidak akan sesusah sekarang. Memang, tidak semua hal bisa dilakukan oleh Pak Ahok seperti layaknya semudah membalik telapak tangan. Namun setidaknya mereka yakin, Gubernur Ahok pasti akan peduli, bersikap, dan segera meresponi keluhan warga. Tidak seperti sekarang, mereka tidak tahu harus kemana mengadu. Bahkan bisa-bisa, cukup dengan mengirim SMS ke Pak Ahok, tinggal tunggu pengecekan oleh beliau atau stafnya, persoalan akan segera diresponi dengan solusi yang jauh lebih indah dari mimpi.


Aku pun bergurau kepada Pak Jepta Pelawi, kenapa beliau rame-rame dengan warga Sumut tidak mengusulkan ke parpol yang ada di Sumut untuk mengusung Ahok di Pilgubsu tahun depan.” Sudah terlambat! Kalau iya, warga DKI mau melepas Ahok?” Demikian ia menjawab dengan mimik serius. Ternyata Pak Jepta Pelawi tidak sedang bermimpi kali ini.

Dan tentu bukan hanya Pak Jepta Pelawi yang bermimpi, ada banyak pemimpi lainnya yang tidak bisa disebut namanya satu-persatu. Korban Sinabung di pengungsian juga bermimpi, seandainya letusan Sinabung segera dikategorikan sebagai bencana nasional agar nasib mereka bisa lebih baik, dengan turun tangannya pemerintah pusat untuk secara langsung menangani.

Demikian juga masyarakat di kawasan Danau Toba, yang tidak berhenti bermimpi agar Monaco  segera berpindah ke kawasan Danau Toba.

Itulah mimpi, dan tak ada larangan bermimpi. Juga tidak ada yang salah dengan mimpi. Menjadi salah jika mimpi itu tidak diwujudkan dengan usaha dan apa yang bisa dan masih ada. Teruslah berjuanglah mewujudkan mimpi! Mimpi-mimpi indah tentunya, bukan mimpi seperti di ilustrasi di atas.

Sumatera Utara, teruslah bermimpi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun