Saat Allah Mengujimu Lewat cinta

Tuhan menguji hambanya dengan berbagai cara, termasuk cinta. Ujian cinta bisa berupa perasaan terhadap sesama, cinta terhadap keluarga, atau cinta terhadap harta dan dunia. Tujuan dari tes ini adalah untuk melihat bagaimana seorang hamba menempatkan kecintaannya kepada Allah diatas kecintaannya terhadap ciptaan dan dunia. Ujian kasih membawa kita pada ujian kebenaran, ketaatan dan kesetiaan.

 1. Terlalu mencintai duniaTuhan mengingatkan kita untuk tidak terlalu mencintai dunia hingga melupakan dunia. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 165: "Dan di antara manusia ada selain Allah, mereka mencintainya seolah-olah mereka mencintai Tuhan, dan ada orang-orang yang mengira dirinya mencintai Tuhan...."Ayat ini menunjukkan bahwa cinta terhadap ciptaan atau dunia akan menjadi ujian berat jika didorong agar manusia bersatu dengan Tuhan atau lebih mencintai dunia daripada mencintai-Nya. Orang-orang beriman mencintai Tuhan lebih dari diri mereka sendiri sebelum segala sesuatu yang lain.

 2. Ujian Melalui Cinta Kepada Seorang SahabatMisalnya, ketika Tuhan menguji seseorang dengan cinta terhadap sahabatnya, itu adalah cinta yang sia-sia, atau cinta yang membuat manusia lupa akan Tuhan. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk tidak mencintai sahabat, keluarga atau siapapun melebihi mencintai Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits: Tidak ada seorangpun yang beriman bahwa aku lebih mencintai (Rasulullah) daripada anak-anaknya, orang tuanya dan semua orang. (Hazrat Bukhari dan Muslim)Ungkapan ini menekankan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya lebih tinggi daripada cinta terhadap sahabat atau keluarga. Jika tidak, cinta ini bisa menjadi ujian yang menjauhkan seseorang dari keimanan yang sejati.

 3. Cinta berujung pada ketaatanPadahal cinta yang bersumber dari Allah adalah cinta yang berujung pada kebaikan dan ketaatan
. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 31: Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, karena Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah Maha Pengampun. Dia baik sekali."Kecintaan kepada Allah harus diuji dengan mengikuti ajaran Rasul-Nya. Seseorang diuji kecintaannya terhadap sesama dan urusan dunia, cara agar bisa melewati ujian tersebut adalah dengan memberi mengutamakan Tuhan dan Rasul-Nya.

 4. Cinta Sebagai Penopang ImanTerkadang Tuhan menguji cinta kita untuk melihat kemampuan kita menjaga iman. Cinta bisa menjadi ujian yang sangat sulit, terutama ketika kita memilih untuk mengikuti keinginan kita sendiri atau menaati perintah Tuhan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 286: "Allah tidak membebani siapa pun kecuali sesuai dengan kekuatannya..." Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah Maha Kuasa atas apa yang kita miliki. Kami tidak akan menguji. Cobaan cinta dapat menguatkan keimanan kita dan mendekatkan kita kepada-Nya. Terkadang ujian cinta ini datang dalam bentuk kehilangan dan perpecahan, namun itu semua adalah bagian dari rencana baik Tuhan.

 5. Cinta tidak mengganggu hubunganmu dengan TuhanTuhan menguji seseorang dengan cinta untuk melihat apakah cinta ini mendekatkan atau menjauhkannya darinya . Allah berfirman dalam surat Ankabut ayat 2: "Apakah manusia beriman, bahwa hanya dengan mengatakan bahwa kita beriman maka kita akan tetap bertahan dan tidak diuji?"Cinta memang ujian yang membingungkan, namun dengan ujian ini kita bisa mengukur kesetiaan kita dalam menjaga iman dan menaati Tuhan.
KesimpulanCinta adalah salah satu ujian yang Tuhan kirimkan untuk melihat seberapa besar seorang hamba menempatkan cinta Tuhan di atas segalanya. Ujian cinta ini memiliki aspek yang berbeda-beda seperti cinta terhadap sahabat, keluarga, dan cinta terhadap dunia. Namun melalui cobaan ini kita harus mengutamakan cinta kita kepada Tuhan dan memastikan bahwa cinta dunia tidak menjauhkan kita dari-Nya. Cinta sejati membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan membuat kita tunduk kepada-Nya.

Sumber:
- Al-Qur'an, Surah Baqarah: 165, 286- Al-Qur'an, Surah Al-Imran: 31- Al-Qur'an, Surah Mubaraka - Ankabut: 2- Sejarah Hadits Bukhari dan Muslim.