Para guru, terutama guru honorer yang tetap setia mengajar meski dengan gaji honor yang paling tinggi Rp. 300.000 merasa pedih dengan diksi itu. Mereka tidak ingin kaya, mereka hanya ingin kecukupan sesuai dengan harga barang dan jasa yang kian tinggi. Mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga, membayar listrik, air. Kini mereka dituduh ingin kaya. Sama dengan menuduh mereka yang ingin mencari kehidupan yang layak diluar negeri sebagai orang yang tidak cinta tanah air. Padahal mereka sangat cinta tanah air, mereka hanya ingin mencari kehidupan yang layak sehingga bisa menambah devisa negara. Bukankah ini juga wujud cinta tanah air?Â
Cara pejabat berbicara yang tidak bijak akan membuat negara kesulitan berhadapan dengan rakyatnya. Kita lihat, kekacauan yang ditimbulkan dari cara berbicara yang semrawut. Protes-protes, domonstrasi mahasiswa yang berujung kekacauan antara lain disebabkan pernyataan para pejabat yang tidak berempati pada rakyat. Ini menyebabkan turunya marwah negara.
Yang terakhir, saya pesankan kepada pejabat, marilah berbahasa dengan bijak. Ketika Anda berbicara dalam kapasitas sebagai pejabat, maka Anda mewakili negara. Maka jagalah marwah negara dengan tindak tanduk Anda, salah satunya tindak tanduk berbahasa. Bahasa menunjukkan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI