Jawabanku yang lain dari yang lain membuat guruku itu bertanya, "Apa yang menyebabkan anakku mau jadi penulis?"
"Itu perintah pertama Alquran," Jawabku.
"Perintah pertama Alquran adalah membaca. Bukan menulis. Coba anakku jelaskan jawaban itu."
"Bapak. Untuk bisa membaca, harus ada yang dibaca terlebih dahulu. Itu berarti secara tidak langsung perintah untuk menulis supaya ada yang akan dibaca."
Pak guruku ini tersenyum dengan jawabanku. "Benar anakku. Namun jangan lupa ada juga pihak lain yang menunjang perintah itu. Sebelum bisa menulis kita harus mengenal huruf. Jadi ayat itu juga berarti perintah untuk mengajarkan dan belajar  huruf, itu, berarti harus ada guru. Juga harus ada yang memfasilitasi penerbitan buku. Hanya pesan saya, kalau menjadi penulis, jadilah penulis yang baik, yang menginspirasi kebaikan dan semangat hidup, yang memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.. Yang menulis dengan keindahan."
Siang itu, seusai sekolah, Â aku ulang pulang dengan suasana hati yang baru. Tak kurasakan ancaman-ancaman neraka. Malah sebaliknya aku termotivasi untuk mencari keindahan dalam ibadah. Agama itu mengajak kita menikmati keindahan, keindahan bertemu dengan Tuhan.
Gorontalo, 29 Agustus 2016.
Catatan: Cerpen ini sepenuhnya imajinatif, bersifat fiksi, Kesamaan nama adalah kebetulan. Pernah dimuat di media online De Gorontalo yang kini sudah almarhum. Kini dimuat lagi dengan perbaikan dan penyesuaian dengan keadaan kini.