Oleh: Penadebu
Tahun 2020 di sebuah kamar hotel melati, saya sekamar dengan orang yang saya anggap teman baik. Segala cerita dan tawa dalam kamar hotel bisa menjadi ajang canda yang menyejukkan dan keakraban. Sikapnya yang saya anggap alim ternyata berduri di belakangnya.
Mengapa bisa demikian? Â Yah saya baru tahu, ketika itu memamg seperti sedang berkompetisi. Peluang-peluang kecil menjadi jabatan yang menurut saya tidak perlu diperebutkan dijadikan masalah besar. Hingga saya harus direpotkan dan dibikin down saat itu.
Hmm, rasanya saya waktu itu jatuh di bawah titik nadir, dia memperlakukan dengan sangat semena-mena. Hingga akhirnya saya tidak bisa mengelak dipermalukan di depan umum. Â Saya harus perlahan bangkit dari keterpurukan bully. Saya berdoa semoga ini tidak pernah terjadi pada anak turun saya.
Sebut saja HN, YN, dan LN, orang yang punya banyak kreasi dan inovatif. Namun dalam perjalanannya apa saja bisa dilakukan. Kebanyakan ngomong seakan dialah terbaik dari segala hal namun tidak dibarengi dengan sikap setia kawan, hingga saya kadang harus memunculkan dendam. Berkumpul alumni adalah hal yang menyenangkan. Namun tidak sama sekali bagi saya. Walaupun tidak semua alumni seperti itu. Lihat muka mereka bertiga saja saya sudah enggan.
Dendam adalah perasaan tidak senang atau kebencian yang dirasakan seseorang terhadap orang lain yang dianggap telah menimbulkan kesulitan atau kerugian. Namun, apakah perasaan dendam seharusnya diarahkan pada seseorang yang telah menjatuhkan kita di depan umum?
Pertama-tama, perlu diingat bahwa perasaan dendam hanya akan membebani pikiran dan hati kita sendiri. Hal ini tidak akan memberikan solusi atau mengubah situasi yang telah terjadi. Selain itu, mempertahankan dendam hanya akan membuat kita terus-menerus terikat pada masa lalu dan menghalangi kemajuan hidup kita ke depan.
Membiarkan dendam meracuni hati juga dapat memicu perasaan negatif lainnya seperti kebencian, rasa tidak adil, dan kecemburuan. Hal ini hanya akan memperburuk situasi dan merugikan diri sendiri.
Selain itu, menyalurkan dendam pada seseorang juga dapat memicu konflik dan permusuhan yang lebih besar, baik dengan orang tersebut maupun dengan orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan lingkungan sosial menjadi tidak nyaman dan menyulitkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menghindari dendam tidak berarti kita harus memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan. Namun, kita bisa mencoba untuk memproses perasaan kita dengan cara yang lebih positif dan produktif. Kita bisa mencari bantuan dari orang terdekat, seperti keluarga atau teman dekat, untuk mengungkapkan perasaan kita dan mendapatkan dukungan.