Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Agama ke Ekonomi

19 Agustus 2018   16:49 Diperbarui: 19 Agustus 2018   17:28 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Jokowi menetapkan Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya, menyerang presiden dari sudut agama seperti 411, 212, HTI, FPI, Rizieq Shihab, pakai Ahok dsb, para penyerang Jokowi menganggap cara ini sudah obsolete atau usang. Bahkan sangat berbahaya bisa bunuh diri kalau masih memakai cara lama itu.

Tidak heran juga mngapa Fadli J dan Fahri H buru-buru menemui Rizieq Shihab di Arab Saudi karena soal perubahan taktik dan strategi ini harus diketahui oleh semua barisan.

Dari pihak grup internasional, Neolib/NWO tentu juga tidak segoblok itu mau pakai cara lama. Neolib/NWO pemecah kekuatan nasio-nasion dunia itu, sekarang di Indonesia setelah melihat Ma'ruf jadi cawapres Jokowi, harus memakai taktik dan strategi lain dalam mempraktekkan 'system konflik'nya, yaitu menggantikan isu agama dengan isu ekonomi. Ini dianggap pilihan paling tepat, dan harus diseragamkan untuk semua perlawanan, termasuk RS di Saudi.

RS/FPI, HTI, Wahabi dan gerakan terorisme adalah brisan pelopor pertama di Indonesia dalam system konflik internasional itu dalam melawan Jokowi sebagai kekuatan nasional RI (Nawacita).

Tetapi kelemahan atau kekuatan taktik ekonomi ini ialah bahwa bicara soal ekonomi harus dilengkapi dengan system data yang akurat termasuk statistik ilmiah yang menunjukkan bahwa omongan itu benar. Berlainan sama sekali dengan ngomong soal agama yang jelas tak memerlukan data statistik seperti dalam ekonomi.

Dan juga soal agama di Indonesia, siapa saja bebas ngomong, karena soalnya adalah soal keyakinan, semua punya keyakinan yang bisa diomongkan. Berlainan dengan ekonomi dan finans yang berubah dan berkembang tiap detik, tiap hari dengan data dan statistik dari lapangan maupun teori ilmiahnya yang juga harus pakai data.

Seorang Ketua MPR (Zulkifli Hasan) dalam pidato kenegaraanya di sidang MPR 16/8, lebih mirip dengan pidato kampanye pilpres memanfaatkan sidang MPR, termasuk ngomong ekonomi tanpa data dan statistik pendukung yang lengkap/akurat yang menunjukkan kemajuan atau kemerosotan yang terjadi selama 3 tahun periode Jokowi. . . . wow . .

Tanpa itu dan malah pakai sidang MPR tempat kampanye, sebagai ketua  MPR betul-betul ngawur dan tak punya sopan santun menggunakan MPR mendiskreditkan bakal lawannya dalam pilpres. Sebagai pemimpin MPR, dia tidak bisa jadi teladan pemimpin bangsa, tidak patut jadi contoh yang baik bagi generasi muda bangsa ini.

System Konflik Global. 

System Konflik Global yang dipakai oleh neolib/NWO atau yang biasa juga disebut politik divide and conquer secara nasional maupun internasional adalah system yang sangat berkualitas tinggi, berdasarkan berbagai ilmu/teori termasuk ilmu psikologi perangai manusia, kultural maupun perorangan dengan memakai mind control dan juga brainwashing, dan cara ini sudah dipraktekkan diseluruh dunia selama 170 tahun.

Ini dari hitungan waktu yang lebih pasti sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Harus dicatat juga bahwa Marx disewa oleh bankir rentenir internasional Rothschild untuk mengarang marxisme dalam rangka menciptakan sistem konflik internasional untuk membelah dunia itu.

Sejak itu dimulailah perpecahan atau pembagian dunia secara luas dengan menggunakan ideologi komunis/sosialis kontra ideologi kapitalisme (neoliberalisme). Secara nasional sistem ini diberlakukan sering sangat kejam dan sungguh sangat tidak berperikemanusiaan, saling bunuh, siksa dan saling bantai sesama  satu bangsa.

Sangat menyolok ialah di Laos, Camboja dan juga Vietnam. Implementasinya yang jelas dan juga sangat kejam di Indonesia ialah pada tahun 1965. Akan tetapi di era Jokowi pada mulanya dipakai taktik agama kontra Jokowi, dan sekarang dengan taktik ekonomi kontra Jokowi.

Kalau di AS sistem perpecahan ini diatur dengan menggunakan sistem dua partai, Demokrat dan Republik atau disebut juga 'kiri' dan 'kanan' di era abad lalu. Kedua partai ini adalah dibawah pengaturan satu organ partai yang sesungguhnya yaitu 'The Party of money' (Gore Vidal). Sekarang di AS sistem konflik ini dinyatakan dalam  bentuk deep state kontra Trump.

Perpecahan dua partai jadi kabur atau hilang sementara atau untuk selama-lamanya, karena berubah menjadi kontradiksi antara neolib/NWO atau di AS disebut 'deep state' kontra kekuatan nasionalis yang di AS diwakili oleh Trump. Dalam grup deep state termasuk kekuatan inteligens AS seperti CIA, FBI, NSA dll.

Di AS kekuatan intel ini disebut juga the fourth power (3 lainnya adalah eksekutif, legislatif dan judiktif). Dalam prakteknya the fourth power ini banyak menentukan dalam arahan politik maupun dalam kehidupan tiap warga negara, seperti juga telah banyak dibongkar oleh whistleblower Snowden. Presiden SBY termasuk yang terkena sadap pada jamannya.

Celakanya atau sialnya bagi neolib/NWO ini ialah arah dan arus sejarah yang menentang mereka, bahwa era internet dan keterbukaan telah memporak-porandakan semua rahasia yang ditutup rapat selama 170 tahun itu, sekarang terbuka dan semakin tertelanjangi sehingga brainwashing dan mind control yang tua itu 'is being shattered piece by piece by internet and independent media' (Jon Rapporport).

Dalam soal terorisme yang 'made in USA' itu terlihat jelas semakin meredup karena semakin tertelanjangi diseluruh dunia, dimana 'war on terrorism is a fabrication, a big lie' menurut ulasan ilmiah prof Chossudovsky, Ottawa University, Canada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun