Namun ada juga solidaritas di film "Milea: Suara dari Dilan" yang akhirnya bisa berbuntut petaka. Misalnya, saat adegan Dilan dikeroyok. Lantas teman-temannya menunjukkan solidaritas. Sepakat melakukan balas dendam. Itu sebenarnya solidaritas yang tidak perlu dicontoh.
Ada juga adegan yang menggambarkan soidaritas dan membawa petaka. Mungkin sebagian besar penonton akan melewatkannya begitu saja. Diceritakan Dilan dan Milea masing-masing menjaga jarak. Milea kesal melihat Dilan masih aktif di genk mototr. Sebaliknya Dilan cemburu melihat Milea bersama cowok lain. Akhirnya dua sejoli itu terputus, padahal masing-masing masih menaruh hati.
Karena masih menaruh hati, Milea pun berusaha mengorek informasi tentang Dilan. Dia menanyakan kepada salah satu sahabat Dilan, bagaimana kabar pujaan hatinya. Mungkin karena punya rasa solidaritas, si sahabat tadi menuruti perintah Dilan, agar menyampaikan kepada Milea, bahwasannya Dilan sudah punya pacar lagi. Bagi saya, adegan itu menggambarkan solidaritas yang membawa petaka.
Adegan berikutnya sudah bisa ditebak. Hubungan Dilan dan Milea makin renggang. Itu merupakan petaka dalam jalinan asmara. Coba kalau si sahabat tadi mengabaikan nilai solidaritas, mungkin Dilan dan Milea akur kembali. Bisa saling memaafkan. Ya saling memaafkan seperti tradisi setelah menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan. Saling memaafkan itu bentuk solidaritas loh. Di situ ada nilai MEMBERI maaf.
Jadi bagi saya, cocok juga film "Milea: Suara dari Dilan" jadi tontonan. Asal kita harus tahu dan memahami bagaimana solidaritas itu diwujudkan.(Anwar Effendi)***