Banyak produk UPF yang dikemas dengan label nilai gizi (energi, protein, lemak) agar terlihat "bergizi".
Namun konsumen kadang kurang melihat kandungan gula, sodium, lemak jenuh, dan bahan tambahan lainnya.
Pergeseran pola mindset konsumen
Masyarakat bisa jadi lebih santai terhadap konsumsi UPF, menganggapnya tidak berbahaya jika dikonsumsi "cukup". Tanpa edukasi tambahan, itu bisa berbahaya.
BACA JUGA : Â Â Akhirnya Fifa Menanggapi Desakan Boikot Israel dari Piala Dunia 2026
Perlu pengawasan kualitas & fortifikasi
Agar UPF bisa lebih "bergizi", produsen mungkin didorong melakukan fortifikasi (menambah vitamin/mineral) atau memperbaiki komposisi lemak/jumlah gula-garam.
Kebijakan pangan inklusif
Pemerintah daerah bisa menggunakan data ini untuk merumuskan standar pangan di pusat kota, memperketat pengawasan makanan olahan di lokasi seperti MBG, mall, kampus.
Edukasi publik yang lebih masif
Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa istilah "cukup" bukan berarti aman dikonsumsi tanpa batas.
BACA JUGA : Â Pre-Order ROG Ally X dan ROG Ally Resmi Dibuka di 38 Negara
Tantangan dan Catatan Penting
Ambiguitas makna "cukup"
Kata "cukup" sangat relatif --- cukup untuk dasar, cukup dalam konteks tertentu --- tapi tidak sama dengan "sehat ideal".
Perbedaan jenis UPF
Tidak semua UPF sama; ada yang sangat buruk (minuman bersoda tinggi gula), dan ada yang lebih "ringan" (produk susu olahan rendah gula, snack gandum diperkaya, dsb.).
Data & penelitian lokal
Perlu data konkret kandungan gizi dari UPF di MBG agar bisa dibandingkan dengan standar gizi nasional. Tanpa data, klaim "bergizi cukup" sulit dipertanggungjawabkan.