Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasianer (Harusnya) Lebih dari Seorang Penulis

7 Oktober 2015   13:11 Diperbarui: 7 Oktober 2015   16:57 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://www.bisnisindeks.com/wp-content/uploads/2015/02/interaksi-sosial.gif"][/caption]

Kau tahu siapa aku?
“Kau Penulis !”

Bukan ! Aku bukan seperti yang sebelumnya kau bayangkan. Bukan seperti yang hanya kau tahu selama ini. Oleh mereka kepadaku telah tersematkan sesuatu. Menjadikan aku lebih dari sekedar penulis. Lebih sekedar tuhan atas kata-kata.

Penulis menuhankan kata-kata untuk menjadikannya dewa kata-kata. Dia hamburkan kata-kata. Dia nikmati kesenangan pesta kata-kata. Sayangnya, dia menjadi kesepian di tahta kata-kata. Tak ada yang langsung menyapanya untuk memberi kasih. Tak ada yang membangunkannya dari mabuk kata-kata. Tak ada yang memberinya telinga ketika gendang-gendang kata-katanya berderu membising. Tak ada yang menampar dirinya ketika gelimang kata-kata membuatnya arogan.

Sementara tuhan kata-kata adalah pencipta kata-kata. Dia pemberi kata-kata di ujung kebuntuan. Dia berikan semua kata-kata tanpa berucap kata-kata. Entahlah, apakah dia juga kesepian di tahtanya. Tak perlu kau dan aku tahu. Karena tuhan kata-kata adalah misteri di dalam benak setiap penerima kata-kata. Dia tak mau tahu apakah yang menerima kata-kata berucap terimakasih. Bagi tuhan kata-kata, memberi dan terus memberi adalah bagian tugasnya membiakkan kata-kata.

"Lalu, siapa kau sebenarnya ?"

Aku adalah Kompasianer.
Mungkin asing bagi telingamu. Dan tampak aneh di kedua biji matamu. Tak mengapa. Inilah saatnya aku berkabar padamu. Sebuah kabar suka cita tentang sesuatu yang lebih dari penguasa kata-kata.

Kabarkanlah ini ke semua penjuru angin akan hadirku. Karena disanalah aku pun akan hadir untuk lebih dari sekedar berkata-kata. Aku hadir menghidupkan kehidupan mereka. Berkata kata lebih dari sekedar kata-kata.

Aku adalah Kompasianer, lebih dari sekedar Penulis.

Aku bukan serupa dewa atau tuhan kata-kata. Aku adalah manusia yang berkata-kata. Oleh mereka berdua aku disematkan kata-kata untuk kubagi kepada seluruh penjuru angin. Membangunkan para kaum penerima kata-kata. Menampar penerima kata-kata. Sebaliknya, oleh telinga kudengar kata-kata mereka. Dibangunkannya aku dari kebodohan kata-kata. Ditamparnya aku dari arogan kata-kata, kemudian langsung dipeluknya aku dengan kata-kata hingga satu inchi pun aku tak terluka.

Aku adalah manusia Kompasianer. Pemberi dan penerima lebih dari sekedar kata-kata. Untuk membangun ruang kehidupan bersama menjadi pemberi dan penerima. Untuk kemudian bersama kami nikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun