Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Surat Terbuka untuk Kompasianer Helen Adelina

7 April 2021   08:56 Diperbarui: 7 April 2021   10:24 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kata pepatah bijak para leluhur ; "Tak ada kantin, cafe malah pun jadi" . Di depan kampus sekarang ada cafe bagus, namanya agak-agak keminggris, jadi saya malu menyebutnya di sini  karena lidah sambel terasi saya tak mampu mengejanya secara sempurna. Selain itu,  di cafe tidak bisa melakukan relasi transaksi "ntar-nanti-besok" seperti mutualisme romantis saya dengan kang Dadang.  

Sedangkan di deret pedestrian depan kampus berderet warung pecel lele juga mengalami hal yang sama dengan cafe keminggris itu. Alhasil, sementara ini cukuplah kita bertemu di Kompasiana, disaksikan ratusan ribu Kompasianer yang menelan iler sembari mendoakan kita berdua agar tak lekang oleh zaman. 

sumber gambar IDN.Times
sumber gambar IDN.Times

Rahasia Saya dan Kisah Mbak Helen di Bus Trans Jakarta

Mbak Helen,
Saya berharap tidak ada lagi kejadian mbak Helen tertawa sendiri saat membaca Kompasiana di bus trans sepulang dari kantor menuju rumah. Hal itu sangat berbahaya bagi mbak Helen sendiri dan para penumpang lain yang sedang tertidur kelelahan di kursi masing-masing. 

Para penumpang itu akan mendadak terbangun, padahal mereka sedang menikmati beragam mimpi, mulai dari mimpi nomor togel yang akan keluar minggu depan, mimpi basah, mimpi jadi orang kaya tanpa bekerja keras, mimpi artikelnya dilabel Headline, mimpikan saya jadi admin yang loyal memberikan label Headline dan Pilihan, mimpi bertemu bidadari, dan berbagai mimpi lainnya sesuai ketentuan undang-undang pemimpi. 

Efek batal mimpi mereka bisa menyebabkan mbak Helen jadi tertuduh perusak mimpi. Ini tuduhan serius, yang merugikan eksistenisi Kompasiana sebagai blog kroyokan rumah indah milik bersama. Bila tuntutan dirunut, selain Kompasiana, maka saya juga akan terkena imbasnya sebagai pihak yang bertanggung jawab. Tentu ini bisa merusak reputasi saya sebagai lelaki pemalu yang kafah. 

weheartit.com
weheartit.com
Perlu dipahami bahwa, walau mimpi itu gratis, tapi ketika sudah jadi milik si Pemimpi maka secara perhitungan ekonomi ada standar satuan harga (SSH) dan Harga Satuan Pokok Kegiatan mimpi yang harus dipertanggungjawabkannya. Mereka harus punya data mimpi, persiapan, pengolahan dan analisi mimpi. Semua itu secara relatif berbeda pada setiap orang dalam pengeluaran biaya, misalnya tikel bus, tisu untuk ngelap iler, syal penutup mata, ongkos desain imaginasi mimpi, faktor resiko bila ketahuan mimpi basah, dan lain sebagainya. Bila ternyata orang tersebut seorang pemimpi profesional maka akan lebih njilmet lagi.  

Harga seorang pemimpi profesional jauh lebih mahal karena faktor pencapaian setiap tahap kariernya melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang, penuh perjuangan lewat latihan keras dan uji tanding yang berpotensi cidera otak. Selain itu harga/nilai mahal si Pemimpi terbentuk karena sudah mendapatkan pengakuan berbagai lembaga pemimpi profesional, sertifikasi pemimpi, kontrak profesional pemimpi,  dan adanya konsensus para stake holder.

Kesialan ringan tapi bikin tersipu saat mbak Helen ketawa sendiri di bus Trans adalah kecipratan erupsi iler, atau langsung mendapatkan muncratan iler para pemimpi amatiran ataupun profesional saat kaget, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Tawa sendiri mbak Helen memprovokasi urat kaget mereka, lalu terjadilah distribusi iler itu secara liar.  

Hal paling sulit adalah bila semburan iler itu masuk ke mulut mbak Helen. Ibarat mbak Helen pacaran dengan Keanu Reeves, lalu dia kaget dan menyemburkan iler. Hanya ada dua pilihan, menelannya  atau cuma mencicipinya karena secara pragmatis dan teoritis "iler muncrat tidak bisa ditarik lagi".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun