Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

#11Tahun Kompasiana Menuju 1000 Tahun Binatang Jalang

19 Oktober 2019   13:24 Diperbarui: 28 Oktober 2019   01:51 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: teamhmg.com

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

(penggalan sajak "Aku", Maret 1943, Chairil Anwar)

Kompasiana saat ini harusnya tidak ada lagi. Harusnya tidak ada sebutan Kompasianer. Harusnya tidak ada transformasi semboyan Sharing and Connecting menjadi Beyond Blogging. 

Harusnya tak ada pelopor Citizen Journalist yang kini makin berkembang. Tak ada "Kompasiana, Etalase Warga Biasa". Tidak ada istilah blog kroyokan. Tidak ada  blog competition, kompasianival, K.Rewards, dan beragam konten yang mewarnai Kompasiana.

Kompasiana harusnya tidak ada lagi. Tidak ada jajaran admin Kompasiana yang bekerja siang malam untuk jutaan pembaca di seluruh dunia. Takkan ada jumlah penulis Kompasiana 300 ribuan dengan gaya menulisnya yang khas. 

Takkan ada protes dan bully sayang ala Kompasianer terhadap Admin Kompasiana. Tidak ada polemik K.Rewards yang sering bikin pening palak jajaran admin dan Kompasianer yang tidak dapat K.Rewards, sementara di sisi lain para Kompasianer yang "rajin dapat" malah tersipu-sipu malu merundukkan wajah sembari memainkan ujung rambut, heu heu heu...

Harusnya, saat ini anda bisa mengerjakan banyak hal lain, bukannya malah enak-enak membaca artikel ini, karena tidak mungkin artikel ini bisa ditulis dan ditayangkan di sini.  Kenapa?  

"Kompasiana nyaris diberangus! Nyaris dimatikan! Gila!" (baca tulisan Pepih Nugraha, pendiri Kompasiana,  ; di sini).

Siapa yang Gila? Pada jaman itu ada dua pihak, yakni Grup koran Kompas  dan Pepih Nugraha beserta bala kompasiananya dimasa itu. 

Kompas gila karena mau memberangus Kompasiana yang baru seumur jagung.

Pepih Nugraha, Cs gila nekad mempertahankan Kompasiana--hanya karena dapat bisikan setan progresif akan cerahnya masa depan jurnalisme warga. 

Sumber gambar; kompasiana.com
Sumber gambar; kompasiana.com

Namun sejak 11 tahun lalu hingga kini  pihak yang gila hanya satu kubu, yakni anda, saya, kita, jajaran admin Kompasiana yang tergabung dalam koalisi keluarga besar Kompasiana. Kenapa gila? Karena "kok mau-maunya berkompasiana ; menulis, menulis dan terus menulis". 

Banyak kegiatan lain yang lebih "Bermank Paads bin Berpa Edah" dibandingkan menulis atau mlototi  halaman Kompasiana. Bukankah lebih Bermank Paads aktivitas menyapu, ngepel, bersihkan WC di rumah, atau nongkrong di atas gentenga, atau manjat pohon mangga tetangga yang sedang tidur, bukan? Hasilnya lebih jelas! Heu heu heu..

Sumber gambar: kumparan.com
Sumber gambar: kumparan.com

Menulis, menulis dan menulis itu pekerjaan sangat menyakitkan! Perihh! Bersusah payah cari ide, menyusun huruf, kata, dan kalimat, tapi setelah ditayangkan di Kompasiana...eeh jumlah pembacanya se Uprit. Perjuanganmu membuat tulisan  bagai tak dihargai! 

Sungguh T e r l a l u! 

"Benar, kah itu Oma?"

"Aku rasa tidak, Ani! Bersabarlah. Penulis artikel ini cuma orang lebay saja!"

"Baiklah Oma, aku rapopo.."

Chairil Anwal menulis sajak "Aku" tahun 1943. Pada masa itu, aktifitas literasi merupakan kegiatan gila. Betapa tidak?

Negara belum merdeka. Penjajah masih berkuasa. Rakyat masih miskin. Mereka hanya memikirkan bagaimana bisa makan. Bisa bertahan hidup untuk setiap hari yang dilalui. Makan. Makan. Makan! Itulah yang ada dibenak.

Tapi hanya memikirkan makan saja tidak membuat manusia merdeka. Tidak akan memberikan masa depan generasi kini dan lanjutannya. 

Sementara 'Pikiran' adalah dapur lengkap bagi masa depan, tempat memasak harapan, cita-cita, langkah menuju kemajuan. Salah satu produk dapur itu adalah Tulisan! Darimana datangnya Tulisan? Dari 'Pikiran' (yang jernih) turun ke media aktivitas menulis.

Kalau Chairil Anwar "yang hidup kelaparan dan terjajah" saja masih mau menulis demi kemerdekaan dan masa depan. Lebih gila lagi, dia ingin "Hidup 1000 tahun lagi".

Lalu, Kompasiana-Kompasianer menulis untuk apa? Bukankah kita sudah merdeka? Pun negara sudah jauh lebih maju. Soal makan, asalkan mau bekerja dijamin bisa makan.

Sumber gambar: ayobandung.com
Sumber gambar: ayobandung.com

Menulis bukan sekedar melarikan diri dari rutinitas. Bukan  cuma menuntaskan  kegalauan, seperti sering diungakap para "Galauer". 

Menulis adalah kebutuhan untuk melatih diri dan membentuk  manusia agar punya adab, kemudian secara bersama membangun peradaban. 

Dijaman kemerdekaan ini, membangun peradaban bangsa dan negara adalah membebaskan diri dari keterkungkungan penjajahan dunia ; dunia kebodohan. Dunia keterbelakangan. Dunia kepicikan. Dunia kesombongan atau arogansi. 

Beragam pejajahan dunia masa kini itu lah yang harus dilawan, sebuah era/masa ketika aktivitas makan tetap penting tapi lebih penting lagi menjadi manusia beradab. Bila terbangun entitas peradaban maka pemenuhan kebutuhan  makan merupakan keniscayaan. 

Sebelas tahun Kompasiana merupakan kegilaan melawan dunia kebodohan, kepicikan, keterbelakangana, kesombongan. Kegilaan Kompasiana kini menjadikannya sebuah agen (dapur) peradaban. 

Ketika kamu menulis, kamu sedang menjadi "Aku". Tapi ketika tulisanmu jadi dan posting maka tulisanmu adalah milik peradaban.

Sementara kamu adalah bagian dari peradaban. Kamu adalah binatang jalang literasi, yang tak henti menulis lagi,lagi dan lagi.  "Luka dan bisa kubawa menulis, hingga hilanaag pedih perih"

Jangan hitung pedih perih dalam berkompasiana karena kamu akan tenggelam oleh jaman. Lihatlah, Kompasiana telah 11 tahun mengalaminya, hingga menjadikannya ingin hidup 1000 tahun lagi. 

Selamat ulang tahun Kompasiana ke 11. Ailopyu pul!

"Benarkah itu, Rhoma?"

"Benar, Ani. Tidakkah kau merasakan sensasi cintaku di tulisan jalang ini?"

"Aaaaaw, Rhoma! Aku tersipu malu...."

--

Peb19/10/2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun