Di sisi lain, secara paralel, kubu Prabowo menciptakan citra Prabowo sebagai calon presiden yang dekat dengan Islam. Dia pemimpin yang membela Islam.
Pencitraan "Prabowo sangat Islami" dipertegas dalam sejumlah aksi politik oleh ormas dan partai Islam, seperti aksi reuni 212, kedekatan dan dukungan ormas FPI dan HTI kepada Prabowo, tiga partai pendukung utama Prabowo (Gerindra, PKS dan PAN) menamakan diri sebagai Partai Allah, ceramah-ceramah yang dilakukan ulama menjagokan Prabowo---sementara disaat bersamaan mereka menihilkan sosok pribadi dan kerja Jokowi, Ijtima Ulama yang menunjuk Prabowo sebagai Calon Presiden--dimana Ijtima tersebut dicitrakan hasil dari "keinginan Tuhan" lewat para ulama yang ber-Ijtima.
Hal tersebut awalnya mampu menciptakan citra keislaman Prabowo yang sangat kental.
Banyak kelompok masyarakat dan elemen Islam mempercayai bila Prabowo menjadi presiden RI, kepentingan Islam akan lebih diakomodir  dibandingkan presiden sebelumnya karena mereka menganggap Keislaman Prabowo jauh lebih kental dibandingkan Jokowi. Benarkah demikian?
Dalam perjalanan waktu, kini semua terkuak secara jelas soal "keislaman" Prabowo. Dia tidak lebih dibandingkan Jokowi. Justru bila dilihat dari latar belakang dan performance religinya, keislaman Prabowo jauh dibawah Jokowi.
Terkuaknya keislaman Prabowo memunculkan beragam Derau sebagai upaya pembelaan dari para elit politik kubu Prabowo hingga kaum akar rumput yang militan. Derau itu tidak lagi konteks tual pada keislaman Prabowo. Atau, kalaupun bernuansa keislaman, namun merupakan pengingkaran terhadap upaya terdahulu--ketika yel-yel nyaring menciptakan (citra) keislaman Prabowo.
Pengingkaran dengan membawa aspek religi keislaman merupakan pengingkaran yang sangat fatal bagi seorang calon pemimpin negeri yang kehidupan rakyatnya berasaskan Ketuhanan. Kalau agama saja tega dibohongi, apalagi hal lainnya.
Dalam sejumlah kesempatan agenda religi, Prabowo tidak pernah bertindak sebagai Imam. Sementara Jokowi, tak pernah ragu untuk menjadi Imam sholat, bukan cuma di dalam negeri, melainkan juga saat berada di luar negeri. Muncul pengakuan bahwa Prabowo tidak bisa mengaji. Tidak lancar baca Alquran. Untuk kapasitas sebagai calon presiden dan pemimpin yang dekat dengan Islam, pengetahuannya tentang Islam sangat lemah.
Natal Menguak "Keislaman" Prabowo
Satu hal lagi, selama ini, para elit politik dilingkaran kubu Prabowo seolah menyembunyikan latarbelakang Prabowo yang dominasi nasrani. Walau soal latar belakang tersebut tidak terkait langsung dengan kadar keislaman, namun ada "ketakutan" para elit tersebut bahwa latarbelakang keluarga besar Prabowo yang Nasrani bisa mengurangi kepercayaan publik pada Keislaman Prabowo.
Peristiwa paling aktual yang menguak "keislaman" Prabowo adalah pada perayaan Natal 2018 yang lalu. Prabowo turut merakayakan Natal bersama keluarga besarnya.