Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Misteri Saling Janji Gerindra-Demokrat dan Kesah Lirih PKS

20 November 2018   05:34 Diperbarui: 21 November 2018   09:24 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : merahputih.com

Lalu bagaimana dengan PKS? Kok ikut-ikut diam saja? 

Seperti dikatakan oleh Direktur Pencapresan Partai Keadilan Sejahtera, Suhud Aliyudin menilai partainya senasib dengan Partai Demokrat dalam pemilihan umum (Pemilu) serentak 2019. Ia mengatakan partainya harus berupaya keras untuk meraup suara elektoral lantaran yang akan mengambil untung besar dalam kontestasi politik mendatang adalah Partai Gerindra.

"Coattail effect atau efek ekor jas terbesar ya ke Gerindra. Kami merasakan hal yang sama--dengan Partai Demokrat". (sumber)

Pernyataan elit PKS itu mengisyaratan sebuah perasaan yang sama dengan Demokrat. Namun PKS tidak mau ribut telalu terbuka seperti Demokrat vs Gerindra.

Dalam soal polemik janji yang saat ini memanas, PKS mengambil posisi aman, karena PKS sedang menunggu "hadiah kursi" Cawagub DKI dari Gerindra yang sedang on going. PKS ingin menjaga suasana batin mereka dengan Gerindra, jangan sampai ribut yang berujung batalnya pemberian "hadiah" tersebut. Ini strategi politik yang tidak biasa dari PKS yang selama ini "garang".

Namun juga, sikap PKS ini mampu menjaga polemik janji tidak melebar dan lebih nyaring. Maluuu sama toko sebelah...heuheu!

Jadi, terkait janji dan sebuah rahasia. Dalam politik itu lumrah dilakukan dalam deal-deal tingkat tinggi tanpa perlu pernyataan "hitam di tas putih". Kuncinya adalah saling percaya. Saling menjaga janji sebagai sebuah rahasia bersama.

Tapi kalau akhirnya terbongkar ke ruang publik karena kadernya tidak taat, akibatnya kelembagaan koalisi mendapat malu, mengancam kesolidan koalisi pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Sekarang publik melihatnya secara nyata!

Pembelajaran dari Janji dan Rahasia

Dulu ada pepatah yang sering dipakai para pejuang saat menghadapi peperangan, yaitu "lebih baik pecah perut daripada pecah mulut". Artinya, sebuah rahasia harus terus dipegang jangan sampai bocor atau tercecer. Bahkan kalau perlu nyawa dipertaruhkan. Kenapa begitu?

Kalau sampai sebuah rahasia yang identik dengan janji sampai dibicarakan keluar dan kemudian diketahui pihak lawan, maka bukan hanya si pengumbar rahasia itu saja yang dibikin malu atau kehilangan nyawa, melainkan seluruh anggota tim pedukungnya atau tim pejuang. Dalam hal ini, "rahasia" tidak bersalah, "janji" pun tidak bersalah. Yang bersalah adalah si pemegang rahasia yang tidak taat janji. Sekaligius dia juga pemegang janji yang tidak cakap menjaga rahasia bersama. 

Beberapa waktu lalu saya pernah berjanji secara politis untuk berhenti menulis di Kompasiana, ini tulisannya : "Alasan Keputusan Saya Berhenti Menulis di Kompasiana". Dan secara politis pula, sampai saat ini saya tetap konsekuen dengan janji saya. Kamu sekarang sudah paham kan, sayang? Kalau aku sih rapopo....

----

Peb20/11/2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun