Siapa yang tak kenal Bruce Willis? Aktor kawakan yang membintangi film legendaris Die Hard ini kini tengah menghadapi kenyataan pahit: demensia frontotemporal yang perlahan merenggut ingatannya. Kisahnya mengguncang publik, sekaligus menjadi pengingat bahwa demensia bukan hanya ancaman bagi usia lanjut biasa, tapi bisa menyerang siapa saja-termasuk mereka yang pernah terlihat kuat, aktif, dan sukses.
Kabar mengejutkan datang dari Hollywood saat Bruce Willis, aktor ikonik yang dikenal lewat perannya dalam film Die Hard didiagnosis menderita demensia frontotemporal pada usia 70 tahun. Penyakit ini memengaruhi kemampuan berfikir, berbicara, bahkan mengenali orang-orang terdekat. Publik yang selama ini melihatnya sebagai sosok tangguh di layar lebar kini dihadapkan pada kenyataan bahwa bahkan pahlawan pun bisa rapuh.
Demensia sering dikaitkan dengan usia lanjut dan dianggap sebagai bagian "alami" dari penuaan. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks. Demensia bukan penyakit yang hanya menyerang mereka yang berusia di atas 80 tahun. Seperti yang dialami Bruce Willis, demensia bisa muncul lebih awal dan bahkan menyerang mereka yang tampak sehat secara fisik dan mental.
Frontotemporal dementia (FTD), jenis yang dialami Willis, termasuk dalam kategori demensia langka. Gejalanya kerap muncul lebih awal dibanding Alzheimer, seperti perubahan perilaku, penurunan kemampuan berbicara, hingga hilangnya empati. Karena gejalanya sering disalahartikan sebagai stres atau kelelahan, banyak kasus FTD terlambat terdeteksi hingga kondisinya memburuk.
Kisah Bruce Willis menjadi pengingat penting bahwa menjaga kesehatan otak tidak bisa ditunda. Pola hidup sehat, stimulasi mental, olahraga, serta pemeriksaan dini bisa membantu menurunkan risiko gangguan neurodegeneratif. Tidak ada jaminan mutlak untuk mencegah demensia, tetapi langkah pencegahan tetap berarti besar.
Yang membuat kondisi Bruce Willis begitu menggunggah adalah kenyataan bahwa ia pernah menjadi simbol kekuatan, keberanian, dan ketegasan. Melihatnya sekarang menghadapi gangguan yang membuatnya perlahan-lahan kehilangan jati diri adalah pengalaman yang menyentuh banyak hati. Ini bukan hanya soal penyakit, tapi juga tentang bagaimana manusia bisa kehilangan bagian paling mendasar dari dirinya: ingatan dan komunikasi.
Bruce Willis mungkin sedang kehilangan kenangannya, tapi dunia tidak akan melupakan kontribusinya di dunia hiburan. Dan lebih dari itu, kisahnya menjadi peringatan bagi kita semua: tidak ada yang kebal dari penyakit degeneratif. Kita perlu lebih peduli, lebih sadar, dan lebih aktif dalam menjaga kesehatan otak-untuk diri sendiri, dan untuk orang-orang yang kita cintai.
Kini saatnya kita lebih peka terhadap gejala awal demensia, baik pada diri sendiri maupun orang-orang terdekat. Lebih dari sekadar mengenang kejayaan Bruce Willis, kita bisa menjadikan kisahnya sebagai penggerak untuk mulai menjaga kesehatan mental dan otak sedini mungkin. Sebab dalam dunia yang terus berubah cepat, ingatan adalah harta paling berharga yang tidak boleh kita abaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI